PENGUATAN
PENDIDIKAN KARAKTER
oleh : Sutiana,
S.Pd.SD
Guru SD Negeri
Margamulya
UPTD
Pendidikan Wilayah Cikatomas Kabupaten Tasikmalaya
Buah
jatuh tidak jauh dari pohonnya pepatah tersebut menyiratkan arti bahwa karakter
seorang anak akan mencerminkan karekter orang tuanya. Apakah hal tersebut benar
dan sesuai dengan realita pada masyarakat saat ini? Pandangan tersebut tentunya
tidak sepenuhnya benar, mengapa demikian? Pada dasarnya Potensi karakter yang
baik telah dimiliki setiap manusia sebelum dilahirkan sebagai fitrah dan
anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi, hal tersebut harus dibina dan
dikuatkan supaya potensi karakter yang baik tidak luntur.
Sesuai
dengan teori tabula rasa dalam filosofi Locke pada abad 17. Seorang anak ketika
lahir bagaikan “kertas kosong” tanpa aturan untuk memproses data. Perkembangan
di usia kritis hanya dipengaruhi oleh panca indra. Setiap individu bebas mengaktualisasikan
diri.
Berdasarkan
asumsi tersebut dapat ditarik benang merah yang disebut kodrat atau alami.
Oleh
karena itu, karakter perlu dibina sejak sedini mungkin. Tentunya dalam
penyampaian disesuaikan dengan perkembangan usia seorang anak. Nah, di
sinilah peran sekolah menjadi sangat penting sebagai tempat pendidikan formal.
Sekolah
tidak hanya sebagai tempat pengembangan akademis saja, tetapi juga merupakan
salah satu sarana untuk membina dan menguatkan karakter peserta didik.
Penguatan pendidikan karakter merupakan usaha yang terencana dengan tujuan
menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan memiliki kemauan untuk
melaksanakan nilai-nilai luhur pancasila sebagi dasar Negara Indonesia, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun negara.
Artinya, agar berhati baik dan berperilaku baik .
PPK
Sebagai Gerakan Revolusi Mental (GNRM)
Dewasa ini pemerintah sedang gencar menyosialisasikan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) yang merupakan gerakan pendidikan di bawah tanggung
jawab satuan pendidikan. PPK bertujuan memperkuat karakter peserta didik
melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga sebagai
bentuk gerakan nasional revolusi mental (GNRM). Harmonisasi tersebut menjadi
suatu keutuhan yang akan membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045
menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21.
Presiden Indonesia telah mengesahkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor
87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). “Jadi baru saja saya
tanda tangani mengenai Perpres Penguatan Pendidikan Karakter didampingi
oleh para kiai dan pimpinan ormas. Dan saya sangat berbahagia sekali bahwa semuanya
memberikan dukungan penuh terhadap Perpres Penguatan Pendidikan Karakter ini,”
Ujar Presiden Joko widodo didampingi para pimpinan ormas, di Istana Merdeka,
Jakarta, Rabu (6/9/2017). Presiden Jokowi berharap pendidikan karakter dapat
berjalan optimal di sekolah-sekolah umum, pesantren, dan madrasah.
Menjadi pertanyaan besar “Mengapa Penguatan Pendidikan Karakter begitu
gencar disosialisasikan oleh pemerintah?” Tidak dapat dipungkiri saat ini
Indonesia mengalami dan menghadapi kondisi degradasi mental moral, etika, dan
budi pekerti atau bisa dikatakan mengalami krisis mental. Hal tersebut dapat
diukur dari meningkat dan mengakarnya masalah moral bangsa yang dicirikan oleh
membudayanya praktek korupsi, kolusi, nepotisme, kriminalitas, penggunaan
narkoba, dan pergaulan bebas. Penyimpangan atau masalah sosial tersebut
dilakukan tanpa pandang bulu. Artinya, dilakukan oleh berbagai kalangan, dari
kalangan pejabat pemerintahan hingga warga sipil atau rakyat biasa.
Melihat realita maraknya penyimpangan atau masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat,
tentunya perlu adanya penangan untuk memutus mata rantai atau setidaknya
mencegah serta mengurangi. Bayangkan apa yang akan terjadi pada Bangsa
Indonesia jika hal tersebut terjadi secara terus menerus! Tentunya bangsa ini
akan hancur dan hanya menjadi sejarah saja nantinya.
Salah satu cara yang efektif sebagai tindak lanjut gerakan nasional
revolusi mental (GNMR) untuk mencegah adalah melaui penguatan pendidikan
karakter (PPK) di sekolah dasar. Sekolah dasar diharapkan mampu mengembangkan
perilaku peserta didik secara maksimal. Sebagai perisai peserta didik yang
nantinya menjadi generasi penerus bangsa. Sebab pada usia emas atau golden
age menentukan perkembangan potensi seorang anak sebagai modal dasar
pada fase selanjutnya. Pengalaman dan pembiasaan yang baik akan selalu membekas
sebagai sebuah kebiasaan yang mendarah daging dan melekat pada pikiran.
Peran
Guru dalam Mengimplementasikan PPK di SD
Peserta didik pada usia sekolah dasar adalah fase menjadi plagiator yang
ulung dan memiliki rasa penasaran yang tinggi. Apapun yang didengar dan dilihat
akan terekam di otak dengan detail. Maka, mereka tidak segan-segan akan meniru
apa yang terekam di otaknya. Oleh karena itu, penguatan pendidikan berkarakter
harus dilakukan secara kontinu supaya nilai-nilai positif melekat erat di otak.
Sehingga, peserta didik akan memiliki pertimbangan secara sadar dalam melakukan
berbagai tindakan (mampu membedakan hal yang benar dan salah).
Guru sebagai orang tua kedua bagi peserta didik, memiliki peranan yang
begitu mendominasi di sekolah. Guru sebagai tokoh utama dalam mengelola
perkembangan peserta didik harus pandai-pandai mengemas dan memformulasikan
segala kegiatan di sekolah. Sehingga dapat menjadi bermakna sebagai
implementasi penguatan pendidikan karakter (PPK).
Selain mentransfer ilmu pengetahuan, tugas guru juga harus mengembangkan
kepribadian peserta didik. Guru harus mampu mendesain diri untuk menjadi
katalisator dan motivator. Saat berkedudukan menjadi katalisator, maka guru menjadi
idola yang akan ditiru oleh peserta didik. Oleh karena itu, guru harus mampu
menjadi tauladan yang baik bagi peserta didik. Guru harus berprilaku yang
mencerminkan nilai-nilai luhur pancasila. Ketika berperan sebagai motivator,
bermakna bahwa guru harus mampu membangkitkan potensi yang ada pada peserta
didik.
Membentuk Good
Habit (Kegiatan Pembiasaan)
Pembiasaan yang diterapkan adalah membiasakan beribadah, menjaga
kebersihan, cinta tanah air, melestarikan kebudayaan, dan membiasakan antri.
Dikelompokkan menjadi dua, yaitu pembiasaan rutin dan pembiasaan program.
- Pembiasaan rutin yang
dilakukan adalah mengucap salam dan berjabat tangan, membaca asmaul
khusna, salat dhuha, tadarus Alquran, salat berjamaah dhuhur, infaq rutin
di hari Jumat, upacara bendera, berdoa sebelum dan sesudah makan, dan
berdoa sebelum dan sesudah belajar, olahraga bersama setiap hari Jumat.
- Pembiasaan terprogram
yang dilakukan adalah pesantren ramadhan, bakti sosial, pelaksanaan idul
qurban, zakat fitrah, pelaksanaan manasik haji, pembagian takjil pada
bulan ramadhan, home stay, pesantren ramadhan, dan tadzabur
alam.
- Kegiatan Nasionalisme dan
Patriotisme
Kegiatan nasionalisme dan patriotisme di SD Negeri Margamulya memiliki tujuan mengenalkan dan
mempraktikkan tentang nasionalisme dan patriotisme. Beberapa peringatan yang
dilaksanakan di SD Negeri Margamulya adalah peringatan hari Kemerdekaan RI, hari
Pahlawan, hari Kartini, dan hari Pendidikan Nasional dan setiap pagi ketika
akan masuk ke kelas, peserta didik menyanyikan lagu nasional.
- Kegiatan Cinta Lingkungan
Kegiatan cinta lingkungan di SD Negeri Margamulya memiliki tujuan agar peserta didik memiliki
kesadaran menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan agar tercipta
lingkungan sehat. Sehingga, mendukung aktivitas belajar mengajar dengan suasana
yang nyaman. Adapun cara yang dilakukan adalah dengan gerakan Alisa (ayo lihat sampah
ambil), piket kelas, dan gerakan Jumat bersih.
Student Activities (Kegiatan Pengembangan Diri bagi Siswa)
Pengembangan diri merupakan kegiatan yang bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan bakat dan minat sesuai
dengan kondisi sekolah. SD Negeri Margamulya menyediakan berbagai ekstrakulikuler untuk
memfasilitasi Contoh beberapa kegiatan ekstrakurikuler atau pengembangan diri
diantaranya adalah tari merak, tari
jaipong, seni degung sunda, renang, batik, tafidz, dan tilawah, melukis, catur, futsal, dokter
kecil, HW atau pramuka,
Ini menjadi sebuah bukti bahwa pepatah “Buah jatuh tidak jauh dari
pohonnya” tidak selamanya benar. Karena jika lingkungan tumbuh kembang anak
tersebut baik, maka secara otomatis anak-anak akan tumbuh dengan karakter yang
baik pula.
Pembentuk karakter pada anak harus dibina sejak dini agar “kertas kosong”
terisi oleh coretan serta lukisan yang indah dan menarik. Selain lingkungan
keluarga, sekolah sebagai rumah kedua juga menjadi penentu pembentukan karakter
seorang anak. Oleh karena itu, dengan menggunakan berbagai macam
pendekatan, metode, dan memberikan fasilitas yang memadai dapat mendukung
pengembangan penguatan pendidikan karakter untuk mencetak generasi sehat,
cerdas, dan berkarakter baik yang nantinya akan menentukan eksistensi Bangsa
Indonesia.