DOKUMEN PENILAIAN PROGRAM LITERASI
TAHUN PELAJARAN
2020/2021
SD NEGERI SUKASARI
UPTD PENDIDIKAN WILAYAH CIKATOMAS
KABUPATEN TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maga Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Pedoman penilaian Program Literasi ini dapat kami susun
dan selesaikan sebagai pedoman bagi guru
untuk membuat Dokumen Penilaian Program Literasi di SDN Sukasari.
Dokumen
penilaian Program Literasi ini kami susun dengan melibatkan guru, komite
sekolah dan stakeholder di SDN Sukasari sehingga dapat memperkaya dan
memperlancar penyusunan program ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Dokumen penilaian Program Literasi ini.
Kami
menyadari sepenuhnya bahwa Dokumen penilaian Program Literasi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik,
saran dan masukan yang dapat kami gunakan untuk menyempurnakan pogram ini.
Semoga Allah
SWT Tuhan Yang Maha Esa selalu mencurahkan rahmat, bimbingan dan petunjuk- Nya
kepada kita. Amiin.
Cikatomas, 2020
Kepala
SDN Sukasari
DEDE
HADIMAN,S.Pd.
NIP.
19630605 198305 1 005
1.
Tujuan
Pedoman penilaian dan evaluasi GLN bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
tingkat keberhasilan dan
keterlaksanaan program dan kegiatan literasi di tiap-tiap ranah sesuai dengan indikator- indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan. Pedoman ini menilai dan mengevaluasi keberhasilan
GLN dalam mengembangkan kapasitas
pelaku literasi (pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan) pada ekosistem pendidikan nasional melalui
Gerakan Literasi Sekolah (GLS), Gerakan Literasi Keluarga (GLK),
dan Gerakan Literasi
Masyarakat (GLM).
Pedoman penilaian dan evaluasi GLN merupakan alat untuk
mengukur dan menentukan keberhasilan pelaksanaan GLN sesuai dengan indikator
yang telah ditentukan, serta dampak-dampak (impact)
dan hasil (outcome) dari GLN. Penilaian bisa bersifat
kuantitatif dan kualitatif. Untuk penilaian yang sifatnya kuantitatif diperlukan justifikasi penilai sesuai
dengan data-data yang
tersedia. Sementara
itu, untuk penilaian yang sifatnya kualitatif diperlukan dialog dan komunikasi dengan pemangku kepentingan untuk
menentukan nilai dalam
skala penilaian yang ditentukan.
Pedoman ini memberikan panduan untuk mengukur keberhasilan program kebijakan GLN secara keseluruhan. Untuk mengetahui keberhasilan gerakan sebagai sebuah kebijakan, hal yang perlu dievaluasi adalah
keseluruhan proses dan implementasi GLN, mulai dari pembuatan naskah kajian, buku
panduan, modul pelatihan, metode dan mekanisme pelatihan calon pelatih,
pedoman penilaian dan evaluasi, dan kegiatan pendampingan dan sosialisasi (diseminasi publik) atas kebijakan Gerakan Literasi Nasional.
2.
Prinsip-Prinsip
Gerakan Literasi
Nasional menerapkan beberapa prinsip dalam melakukan penilaian dan evaluasi.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Objektif
Prinsip objektif mengacu pada kriteria bahwa apa yang
dinilai dan dievaluasi harus berdasarkan pada fakta-fakta yang ada, yang dialami, sesuai dengan kriteria dalam
indikator yang telah ditentukan. Fokus penilaian dan evaluasi adalah
kesesuaian antara fakta dengan
kriteria indikator
yang telah ditetapkan.
2.
Berkesinambungan
Penilaian dan
evaluasi dilakukan secara
berkala dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa
pada setiap tahapan
kegiatan dan
program terdapat mekanisme umpan balik yang berguna bagi
perbaikan GLN ke depan.
3.
Menyeluruh (komprehensif)
Penilaian dan evaluasi
menyeluruh berarti bahwa indikator- indikator yang dinilai merupakan komponen-komponen yang merupakan
representasi ideal implementasi gerakan literasi
di tiap ranah.
4.
Akuntabel
Prinsip akuntabel mengacu pada kesediaan para pelaku
GLN untuk mempertanggungjawabkan kinerja dan programnya kepada masyarakat luas (publik) sehingga dukungan dari masyarakat terhadap GLN menjadi semakin
kuat.
5.
Perbaikan
Hasil penilaian dan
evaluasi yang dilakukan menjadi titik pijak Gerakan Literasi Nasional, menjadi
bahan masukan bagi perbaikan-perbaikan tahap selanjutnya, serta menjadi dasar bagi
perencanaan program yang akan datang.
3.
Metode
Penilaian dan evaluasi
dilakukan dengan mempergunakan
berbagai macam metode yang relevan dan cocok untuk menilai keberhasilan GLN. Beberapa
metode yang dipergunakan untuk melakukan penilaian dan
evaluasi adalah sebagai
berikut.
1.
Observasi (pengamatan)
Dalam proses penilaian
dan evaluasi, penilai melakukan kunjungan situs, mengadakan pengamatan, dan
mencatat fakta- fakta sebagaimana adanya.
2.
Dokumentasi
Penilaian dan evaluasi
dapat dilakukan dengan menilai dan
mengevaluasi berbagai macam dokumentasi yang bisa menjadi instrumen untuk
menentukan penilaian. Dokumentasi ini bisa berupa
portofolio, foto kegiatan, video,
dan laporan-laporan kegiatan serta
dokumen lain yang relevan.
3.
Wawancara dengan pemangku kepentingan
Dalam mengadakan penilaian dan evaluasi, penilai
melakukan
wawancara dengan pelaku dan pemangku kepentingan pendidikan yang
relevan untuk menemukan dan memahami lebih dekat implementasi GLN di tiap-tiap
ranah.
4.
Kuesioner
Penilai bisa memberikan kuesioner yang akan diisi oleh pelaku GLN agar dapat
memberikan gambaran lebih
menyeluruh tentang bagaimana GLN
diimplementasikan di tiap-tiap ranah.
5.
Riset terfokus dan studi etnografis
Penilai
melakukan studi terfokus dengan
membuat semacam riset tentang tema-tema atau praktik-praktik GLN yang sudah
ada, membahas, dan menilainya
sehingga hasil riset itu bisa menjadi sumber rujukan
pembelajaran atau duplikasi praktik baik. Penilai juga bisa melakukan proses
penilaian dengan mempergunakan studi etnografis dengan membuat narasi
dan cerita tentang
apa yang dilihat dan dialami dalam sebuah lingkungan literasi,
baik itu di sekolah, di keluarga,
maupun di masyarakat.
6.
Telaah data sekunder dari berbagai macam lembaga yang relevan
GLN mempergunakan data-data sekunder untuk mengukur
tingkat literasi nasional, misalnya,
data-data PISA, PIRLS, TIMMS,
BPS, Ujian Nasional, dan lain-lain.
4.
Subjek
Ada beberapa unsur yang
terlibat dalam proses penilaian dan evaluasi
GLN. Unsur-unsur tersebut dipilih sesuai dengan relevansi tugas dan tanggung jawab
mereka dalam rangka GLN.
Mereka yang menilai
dan mengevaluasi implementasi GLN di setiap
ranah adalah sebagai
berikut.
Pemangku kepentingan yang terlibat dalam
kegiatan literasi di setiap ranah, seperti dinas pendidikan, pengawas, kepala sekolah, komunitas sekolah (kepala
sekolah dan guru), komite sekolah, lembaga- lembaga pemerintahan,
dan organisasi masyarakat sipil yang
bergiat di bidang literasi.
Selain menilai
keberhasilan implementasi GLN di setiap ranah, kebijakan
GLN secara nasional
juga perlu dinilai
dan dievaluasi. Yang melakukan penilaian dan evaluasi ini, antara lain, Kemendikbud (Puslitjak,
Puspendik, dan Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa) atau lembaga studi dan riset yang telah memperoleh izin
dari kementerian untuk
terlibat dalam proses
evaluasi dan penilaian. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan penilaian dan evaluasi menyeluruh minimal setahun sekali.
5.
Fokus
Fokus penilaian dan evaluasi
dilakukan melalui tiga
ranah GLN.
1.
Gerakan Literasi
Sekolah (GLS)
Gerakan Literasi Sekolah merupakan keseluruhan kegiatan literasi yang terjadi di unit
pendidikan terkecil, yaitu tingkat sekolah. Tingkat
ini umumnya dipahami sebagai
saat di mana peserta didik mulai memasuki pintu
gerbang sekolah sampai ia
menyelesaikan kegiatan di sekolah.
2.
Gerakan Literasi
Keluarga (GLK)
Gerakan
Literasi Keluarga merupakan
keseluruhan kegiatan literasi yang
terjadi di dalam
keluarga-keluarga di Indonesia, baik itu yang dilakukan di rumah maupun yang terjadi di lingkungan masyarakat.
3.
Gerakan Literasi
Masyarakat (GLM)
Gerakan Literasi Masyarakat adalah
kegiatan literasi di masyarakat yang melibatkan berbagai macam
pelaku tanpa memandang usia.
6.
Komponen GLN
Gerakan Literasi
Nasional dinilai dan dievaluasi berdasarkan komponen-komponen yang
relevan yang sudah dipetakan dalam tiap- tiap
ranah GLN. Tiap-tiap komponen terdiri
atas lima strategi pendekatan, yaitu penguatan kapasitas, peningkatan jumlah
dan ragam sumber belajar,
perluasan akses, penguatan pelibatan publik, dan penguatan tata kelola. Kelima strategi ini
terdapat dalam komponen penilaian di tiap-tiap ranah. Tiap-tiap komponen ini kemudian dibagi menjadi indikator-indikator keberhasilan yang
sifatnya konkret dan dapat dinilai
dan dievaluasi.
7. Indikator Keberhasilan
Tiap-tiap
komponen di dalam literasi
dijabarkan ke dalam indikator-indikator
konkret yang bisa diamati, terukur, dan dapat dilaksanakan. Indikator keberhasilan ada yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.
8.
Instrumen Penilaian
Untuk membantu pelaku
literasi menilai dan mengevaluasi keberhasilan kegiatan literasi, dibuatlah instrumen penilaian yang secara umum berisi
komponen, indikator, dan skala penilaian sebagai berikut.
Contoh Instrumen Penilaian
No. |
Komponen |
Indikator Keberhasilan |
0 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1. |
Lingkungan se- kolah kaya teks |
v Terdapat slogan/kata-kata muti- ara/pepatah/kalimat motivasi di lingkungan sekolah v Terdapat label nama tumbuhan dengan
nama Latin dan
deskripsi singkat (manfaat, sejarah, dll.) v Dan lain-lain |
√ |
|
|
√ |
|
9.
Cara Menilai Skor GLN
Cara
menilai skor GLN
dilakukan dengan mempergunakan skala Likert mulai dari angka 0–4. Angka 0
berarti belum terlaksana, angka
4 berarti sudah terlaksana/berhasil dengan sangat baik. Nilai
untuk justifikasi hal-hal yang sifatnya kuantitatif ditentukan berdasarkan data- data dan informasi yang tersedia. Skor penilaian merupakan total jumlah
hasil dikalikan dengan
jumlah indikator/jumlah indikator. Skor maksimal
adalah 4.
10.
Cara Membaca Skor GLN
Kuantifikasi dalam jumlah angka menunjukkan bidang implementasi GLN
yang sudah dan yang belum
baik . Angka
0 sampai
4 merupakan gradasi kuantitas dan kualitas keterlaksanaan dan implementasi GLN.
Contoh:
No. |
Komponen |
Indikator Keberhasilan |
0 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1. |
Lingkungan sekolah kaya teks |
v Terdapat slogan/kata-kata muti- ara/pepatah/kalimat motivasi di lingkungan sekolah v Terdapat label nama tumbuhan dengan
nama Latin dan
deskripsi singkat (manfaat, sejarah, dll.) |
√ |
|
|
√ |
|
Berikut ini adalah cara memaknai skor penilaian
1.
Dalam komponen
lingkungan sekolah kaya teks dengan indikator terdapat slogan-slogan/kata-kata mutiara/pepatah/kalimat
motivasi di lingkungan sekolah, sekolah memperoleh skor 4. Artinya, meskipun
sudah ada data-data di atas, tetapi
masih ada beberapa
ruang di sekolah yang belum
dimanfaatkan dengan baik untuk pengembangan sekolah yang
kaya teks.
2.
Dalam komponen
lingkungan sekolah kaya teks dengan indikator terdapat label nama tumbuhan
dengan nama Latin
dan deskripsi singkat (manfaat, sejarah, dll.), sekolah memperoleh skor 0. Artinya, sekolah sama
sekali belum membuat penamaan atau deskripsi
tersebut.
11.
Rubrik
Penilaian dan Indikator Keberhasilan Gerakan
Literasi Sekolah
GERAKAN LITERASI SEKOLAH |
|||||||
No. |
Komponen |
Indikator
Keberhasilan |
0 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1. |
Penilaian
awal |
Sekolah mengidentifikasi sumber-sumber belajar
(buku pelajaran, buku nonpelajaran, lembar kerja, audio visual, dll.) dan
sarana prasarana (komputer, jaringan internet, proyektor, alat peraga,
perpustakaan, laboratorium, lapangan olahraga, ruang praktik kesenian, taman, pojok baca, dll.) di dalam sekolah. Keterangan: 0 = Sekolah belum melakukan identifikasi, kendalanya adalah (jelaskan): .... 1 = Sekolah mengidentifikasi 1--3 sumber belajar dan sarana
prasarana di sekolah, yaitu
(sebutkan): .... 2 = Sekolah mengidentifikasi 4--6 sumber belajar dan sarana
prasarana di sekolah, yaitu
(sebutkan): .... 3 = Sekolah mengidentifikasi 7--9 sumber belajar dan sarana
prasarana di sekolah, yaitu
(sebutkan): .... 4 = Sekolah mengidentifikasi ≥ 10 sumber belajar dan sarana
prasarana di sekolah, yaitu
(sebutkan): .... |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah
mengidentifikasi sumber daya manusia untuk literasi (narasumber dari orang
tua peserta didik, tokoh masyarakat, tokoh agama,
instansi pemerintah, perguruan tinggi, sekolah lain, DUDI, budayawan,
pegiat seni, pegiat literasi, dll.) dan sarana prasarana (museum, sanggar,
perpustakaan daerah, taman bacaan masyarakat, kantor pemerintah, perguruan
tinggi, sekolah lain, lapangan olahraga untuk publik, GOR, lahan pertanian,
dll.) di luar sekolah. Keterangan: 0 = Sekolah belum melakukan identifikasi, kendalanya adalah (jelaskan): .... 1 = Sekolah mengidentifikasi 1--3 sumber belajar dan sarana prasarana di
luar sekolah, yaitu (sebutkan): .... 2 = Sekolah mengidentifikasi 4--6 sumber belajar dan sarana prasarana di
luar sekolah, yaitu (sebutkan): .... 3 = Sekolah mengidentifikasi 7--9 sumber belajar dan sarana prasarana di
luar sekolah, yaitu (sebutkan): .... 4 = Sekolah mengidentifikasi ≥ 10
sumber belajar dan sarana prasarana di luar sekolah, yaitu (sebutkan):
.... |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah
mengidentifikasi sumber daya manusia yang memahami GLS, baik dari unsur
internal sekolah (yayasan, kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan
lainnya) Keterangan: 0 = Sekolah belum melakukan identifikasi. 1 = Sekolah hanya mengidentifikasi kepala sekolah dan
seorang guru. 2 = Sekolah mengidentifikasi kepala
sekolah, sebagian guru, dan
sebagian tenaga kependidikan. 3 = Sekolah mengidentifikasi kepala sekolah, semua guru, semua tenaga kependidikan, dan komite sekolah. 4 = Sekolah mengidentifikasi semua komponen memahami (kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, komite sekolah, orang tua, masyarakat, pengawas, dan dinas
pendidikan) |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah mengidentifikasi potensi budaya sekolah yang terkait dengan GLS. Keterangan: 0 = Sekolah belum melakukan identifikasi. 1 = Sekolah mengidentifikasi 1--2
potensi budaya sekolah. 2 = Sekolah mengidentifikasi 3--4 potensi budaya sekolah 3 = Sekolah mengidentifikasi 5--6 potensi budaya sekolah. 4 = Sekolah mengidentifikasi > 6 potensi budaya
sekolah. |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah mengidentifikasi sumber-sumber (penggalian
dana) untuk pengembangan GLS (misalnya: sumbangan alumni, CSR, dll.). Keterangan: 0 = Sekolah belum melakukan identifikasi dukungan pembiayaan GLS. 1 = Sekolah mengidentifikasi dukungan pembiayaan dari pemerintah. 2 = Sekolah mengidentifikasi dukungan pembiayaan dari
pemerintah dan orang tua peserta didik. 3 = Sekolah mengidentifikasi dukungan pembiayaan dari pemerintah,
orang tua peserta didik, dan dunia usaha. 4 = Sekolah mengidentifikasi dukungan pembiayaan dari
pemerintah melibatkan partisipasi seluruh
pemangku kepentingan (orang tua,
pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat lainnya). |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah mengidentifikasi tata kelola sekolah. Keterangan: 0 = Sekolah belum melakukan identifikasi tata kelola sekolah. 1 = Sekolah memiliki visi dan misi. 2 = Sekolah memiliki visi, misi, dan branding sekolah. 3 = Sekolah memiliki visi, misi,
branding, perencanaan
program, prosedur kerja, dan
mekanisme evaluasi. 4 = Sekolah memiliki visi, misi, branding, perencanaan program, prosedur kerja, mekanisme evaluasi,
pembagian peran, dan penggunaan teknologi. |
|
|
|
|
|
2. |
Sosialisasi GLS kepada para pemangku kepentingan pendidikan |
Sekolah
melakukan sosialisasi GLS kepada para
pemangku kepentingan pendidikan (guru, peserta didik, komite sekolah,
orang tua/wali peserta didik, pengawas sekolah, dinas pendidikan setempat,
dan masyarakat lainnya). Keterangan: 0 = Sekolah belum melakukan sosialisasi GLS
kepada para
pemangku kepentingan pendidikan (guru, peserta didik, komite
sekolah, orang tua/ wali
peserta didik, pengawas sekolah, dinas pendidikan
setempat, dan masyarakat lainnya). 1 = Sekolah melakukan sosialisasi GLS
kepada para
pemangku kepentingan pendidikan di lingkungan
sekolah, yaitu guru dan peserta didik. 2 = Sekolah
melakukan sosialisasi GLS kepada
para pemangku kepentingan pendidikan
meliputi guru, peserta didik, dan komite sekolah. 3 = Sekolah
melakukan sosialisasi GLS kepada
para pemangku kepentingan pendidikan meliputi guru, peserta didik, komite
sekolah, orang tua/wali peserta didik, dan pengawas sekolah. 4 = Sekolah melakukan sosialisasi GLS
kepada para pemangku kepentingan
pendidikan meliputi guru, peserta didik,
komite sekolah, orang tua/wali peserta didik, pengawas sekolah, dinas
pendidikan setempat, dan masyarakat lainnya. |
|
|
|
|
|
|
|
Perumusan
kegiatan prioritas untuk mengembangkan literasi di sekolah melibatkan
pemangku kepentingan pendidikan (guru/tenaga kependidikan, peserta didik,
komite sekolah, orang tua/ wali peserta didik, pengawas sekolah, dinas
pendidikan setempat, dan masyarakat) Keterangan: 0 = Perumusan kegiatan prioritas untuk mengembangkan literasi
di sekolah belum melibatkan semua pemangku kepentingan pendidikan (guru/tenaga kependidikan, peserta didik, komite
sekolah, orang tua/wali peserta didik, pengawas sekolah, dinas pendidikan setempat, dan
masyarakat lainnya). 1 = Perumusan kegiatan prioritas untuk mengemban melibatkan
pemangku kepentingan pendidikan, yaitu guru/tenaga kependidikan dan
peserta didik. 2 = Perumusan kegiatan prioritas untuk mengemban melibatkan
pemangku kepentingan pendidikan, yaitu guru/tenaga kependidikan,
peserta didik, dan komite sekolah. 3 = Perumusan kegiatan prioritas untuk mengemban melibatkan
pemangku kepentingan pendidikan, yaitu guru/tenaga kependidikan, peserta
didik, komite sekolah, orang tua peserta didik, dan pengawas sekolah. 4 = Perumusan kegiatan prioritas untuk mengemban melibatkan
seluruh pemangku kepentingan pendidikan,
yaitu guru/tenaga kependidikan, peserta didik, komite sekolah, orang tua peserta didik, pengawas sekolah, dinas
pendidikan setempat, dan masyarakat lainnya. |
|
|
|
|
|
3. |
Desain kebijakan GLS |
Sekolah
membentuk tim pelaksana GLS. Keterangan: 0 = Sekolah belum membentuk tim
pelaksana GLS. 1 = Sekolah memiliki tim pelaksana GLS dengan struktur organisasi. 2 = Sekolah memilliki tim pelaksana GLS
dengan struktur organisasi dan
menjelaskan peran tiap- tiap bagian dalam tim. 3 = Sekolah memilliki tim pelaksana GLS dengan struktur organisasi dan menjelaskan peran serta mekanisme kerja tiap-tiap bagian dalam tim. 4 = Sekolah memilliki tim pelaksana GLS
dengan struktur organisasi yang
menjelaskan peran dan mekanisme kerja
tiap-tiap bagian dalam tim, serta tertuang dalam surat keputusan yang ditandatangani oleh
kepala sekolah dan diketahui oleh pengawas. |
|
|
|
|
|
|
|
Peraturan
sekolah mendukung implementasi GLS (kebijakan tentang wajib membaca sejumlah
buku dalam rentang waktu tertentu, wajib mengunjungi perpustakaan,
memperbaharui buku di perpustakaan atau pojok baca dalam rentang waktu
tertentu, dll.). Keterangan: 0 = Sekolah belum memiliki peraturan yang mendukung
implementasi GLS. 1 = Sekolah memiliki peraturan-peraturan yang mendukung GLS,
tetapi belum diterapkan secara efektif. 2 = Sekolah memiliki peraturan-peraturan yang mendukung implementasi GLS, tetapi baru sebagian kecil
peraturan yang diterapkan secara efektif. 3 = Sekolah memiliki peraturan-peraturan yang mendukung implementasi GLS dan
sebagain besar peraturan sudah
diterapkan secara efektif. 4 = Sekolah memiliki dan melaksanakan peraturan-peraturan
secara sistemik yang mendukung implementasi
GLS secara efektif. |
|
|
|
|
|
4. |
Desain kegiatan GLS |
Sekolah
mengembangkan kegiatan GLS melalui enam dimensi literasi secara seimbang. Keterangan: 0 = Sekolah belum mengembangkan kegiatan GLS. 1 = Sekolah
mengembangkan kegiatan GLS yang terfokus pada 1--2 dari 6 jenis literasi. 2 = Sekolah
mengembangkan kegiatan GLS yang terfokus pada 3--4 dari 6 jenis literasi. 3 = Sekolah
mengembangkan kegiatan GLS yang terfokus pada 5 dari 6 jenis literasi. 4 = Sekolah
mengembangkan kegiatan GLS yang terfokus pada 6 jenis literasi. |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah
menggunakan potensi lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) untuk
memperkaya pengalaman belajar siswa sehingga memiliki wawasan
yang lebih luas. Keterangan: 0 = Sekolah belum memanfaatkan potensi lingkungan sebagai sumber
belajar. 1 = Sekolah memanfaatkan 1 dari 3 jenis potensi lingkungan di
dalam sekolah sebagai sumber belajar. 2 = Sekolah memanfaatkan 1 dari 3 jenis potensi lingkungan di
dalam dan di luar sekolah sebagai
sumber belajar. 3 = Sekolah memanfaatkan 2 dari 3 jenis potensi lingkungan di
dalam dan di luar sekolah sebagai
sumber belajar. 4 = Sekolah memanfaatkan ketiga
jenis potensi lingkungan di dalam
dan di luar sekolah sebagai sumber belajar. |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah
memiliki kegiatan unggulan dengan mengintegrasikan enam dimensi literasi
dalam aktivitas pembelajaran. Keterangan: 0 = Sekolah belum memiliki kegiatan unggulan. 1 = Sekolah memiliki kegiatan unggulan yang belum diintegrasikan dalam
pembelajaran. 2 = Sekolah memiliki kegiatan unggulan yang terintegrasi dalam pembelajaran di kelas, tetapi belum mengintegrasikan enam
dimensi literasi. 3 = Sekolah memiliki kegiatan unggulan yang sebagian terintegrasi
dengan enam dimensi literasi dalam aktivitas pembelajaran. 4 = Sekolah memiliki kegiatan unggulan yang seluruhnya
terintegrasi dengan enam dimensi
literasi dalam aktivitas pembelajaran. |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah
memiliki kegiatan unggulan GLS berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan
berbasis masyarakat. Keterangan: 0 = Sekolah belum memiliki kegiatan unggulan GLS. 1 = Sekolah
memiliki kegiatan unggulan GLS pada 1 dari 3 basis. 2 = Sekolah
memiliki kegiatan unggulan GLS pada 2 dari 3 basis. 3 = Sekolah memiliki kegiatan unggulan GLS pada ketiga basis. 4 = Sekolah memiliki kegiatan unggulan GLS secara berkelanjutan pada
ketiga basis
dan sudah tertuang pada
dokumen perencanaan kegiatan sekolah (RKS dan RKAS). |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah
memiliki kegiatan literasi dan memfasilitasi peserta didik untuk melakukan
kegiatan sosial yang berkaitan dengan literasi. Keterangan: 0 = Sekolah belum memiliki kegiatan literasi dan
kegiatan sosial yang
berkaitan dengan literasi. 1 = Sekolah memiliki kegiatan sosial
yang berkaitan dengan literasi yang melibatkan peserta didik dan
dilaksanakan di lingkungan
sekolah. 2 = Sekolah memiliki kegiatan sosial yang berkaitan dengan
literasi yang melibatkan peserta didik dan dilaksanakan di dalam dan di luar
sekolah. 3 = Sekolah memiliki kegiatan sosial yang berkaitan dengan
literasi yang melibatkan peserta didik
dan memfasilitasi inisiatif peserta didik untuk melakukan kegiatan di dalam
sekolah. 4 = Sekolah memiliki kegiatan sosial yang berkaitan dengan
literasi yang melibatkan peserta didik dan
memfasilitasi inisiatif peserta didik untuk melakukan kegiatan di
dalam dan di luar sekolah. |
|
|
|
|
|
5. |
Pengembangan GLS berbasis Pembelajaran |
Guru
mengintegrasikan kegiatan literasi yang tecermin dalam komponen Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), antara lain, materi pembelajaran yang relevan
dan kontekstual, metode pembelajaran, langkah- langkah pembelajaran,
dan metode penilaian yang relevan. Keterangan: 0 = Guru belum mengintegrasikan kegitan literasi di dalam komponen RPP. 1 = Guru mengintegrasikan kegiatan literasi pada 1 dari 4 komponen RPP. 2 = Guru mengintegrasikan kegiatan literasi pada 2 dari 4 komponen RPP. 3 = Guru mengintegrasikan kegiatan literasi pada 3 dari 4 komponen RPP. 4 = Guru mengintegrasikan kegiatan literasi pada seluruh komponen RPP. |
|
|
|
|
|
|
|
Guru
mengajar dengan mengaitkan isi materi pembelajaran secara kontekstual dengan
aspek kehidupan sehari-hari, kearifan lokal, dan kegiatan literasi di dalam
praktik pembelajaran. Keterangan: 0 = Guru belum mengaitkan pembelajaran secara kontekstual
dengan aspek persoalan kehidupan sehari-hari, kearifan lokal, dan kegiatan literasi di
dalam praktik pembelajaran. 1 = Guru mengaitkan isi materi pembelajaran secara kontekstual pada 1 aspek. 2 = Guru mengaitkan isi materi pembelajaran secara kontekstual pada 2 aspek. 3 = Guru mengaitkan isi materi pembelajaran secara kontekstual pada 3 aspek. 4 = Guru mengaitkan isi materi pembelajaran secara kontekstual
pada 3 aspek dan dilakukan dengan konsisten. |
|
|
|
|
|
|
|
Guru melaksakanan praktik pembelajaran dengan
menggunakan metode yang relevan, menarik, dan dapat memperkuat penanaman
kemampuan enam literasi peserta didik. Keterangan: 0 = Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang relevan
dan menarik untuk mengembangkan kemampuan enam literasi peserta didik. 1 = Guru menggunakan metode
pembelajaran yang relevan dengan materi, tetapi belum dikaitkan dengan
enam literasi. 2 = Guru menggunakan metode
pembelajaran yang relevan dan menarik, tetapi belum dikaitkan dengan
enam literasi. 3 = Guru menggunakan metode
pembelajaran yang relevan dan menarik, serta sudah dikaitkan dengan
enam literasi. 4 = Guru menggunakan metode
pembelajaran yang relevan, menarik, kreatif/inovatif, serta sudah dikaitkan dengan enam
literasi. |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah
mengembangkan kapasitas guru dalam pembelajaran secara berkelanjutan, antara lain, melalui pelatihan, lesson
studies, berbagi praktik baik,
dan lain-lain. Keterangan: 0 = Sekolah belum melakukan pengembangan kapasitas guru. 1 = Sekolah memfasilitasi pengembangan kapasitas guru dalam pembelajaran atas undangan dari luas. 2 = Sekolah melakukan upaya pengembangan kapasitas guru dalam pembelajaran atas undangan dari luas dan
inisiatif sekolah. 3 = Sekolah melakukan upaya
pengembangan kapasitas guru dalam
pembelajaran atas undangan dari
luar dan inisiatif sekolah, serta dilaksanakan secara
berkelanjutan. 4 = Sekolah memiliki rencana dan sistem manajemen pengembangan
kapasitas guru dalam pembelajaran secara berkelanjutan atas inisiatif sekolah yang dituangkan dalam RKS dan RKAS. |
|
|
|
|
|
6. |
Pengembangan GLN berbasis budaya sekolah |
Sekolah
memiliki dan mengembangkan tradisi- tradisi unggulan atau kegiatan pembiasaan
yang meningkatkan budaya literasi sekolah. Keterangan: 0 = Sekolah belum memiliki dan mengembangkan tradisi atau
kegiatan pembiasaan unggulan. 1 = Sekolah memiliki dan mengembangkan tradisi-tradisi unggulan
atau kegiatan pembiasaan yang hanya meningkatkan
budaya literasi sekolah pada salah
satu dimensi literasi saja (baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, serta
budaya dan
kewargaan). 2 = Sekolah memiliki dan mengembangkan tradisi-tradisi
unggulan atau kegiatan pembiasaan yang meningkatkan budaya literasi sekolah
pada dua atau tiga dimensi literasi. 3 = Sekolah memiliki dan mengembangkan tradisi-tradisi
unggulan atau kegiatan pembiasaan yang meningkatkan budaya literasi sekolah pada empat atau lima dimensi literasi. 4 = Sekolah memiliki dan mengembangkan tradisi-tradisi unggulan yang
meningkatkan budaya literasi sekolah pada
semua (enam) dimensi literasi. |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah
mengidentifikasi dan mengembangkan kearifan lokal untuk meningkatkan budaya
literasi sekolah. Keterangan: 0 = Sekolah tidak mengidentifikasi dan mengembangkan kearifan lokal. 1 = Sekolah baru melakukan identifikasi kearifan lokal. 2 = Sekolah melakukan identifikasi dan perumusan konsep
integrasi kearifan lokal ke dalam program literasi sekolah. 3 = Sekolah melakukan identifikasi, merumuskan konsep, dan
melaksanakan program literasi sekolah yang terintegrasi dengan kearifan
lokal. 4 = Sekolah melakukan identifikasi, merumuskan konsep, serta
mengembangkan tradisi dan nilai-nilai keutamaan kearifan lokal melalui
pengembangan program literasi di semua
proses belajar mengajar (metode pengejaran, pengelolaan kelas, dan penguatan materi kurikulum). |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah
memiliki dan mengembangkan komunitas literasi untuk meningkatkan budaya
literasi sekolah. Keterangan: 0 = Sekolah belum memiliki dan mengembangkan komunitas atau
kelompok literasi. 1 = Sekolah memiliki komunitas atau
kelompok literasi, tetapi
belum memiliki rancangan kegiatan yang sistematis. 2 = Sekolah memiliki komunitas atau kelompok literasi yang memiliki rancangan kegiatan yang sistematis. 3 = Sekolah memiliki komunitas atau kelompok literasi yang memiliki rancangan kegiatan yang sistematis dan
telah berjalan dengan efektif. 4 = Sekolah memiliki komunitas atau
kelompok literasi yang
memiliki rancangan kegiatan yang sistematis dan
telah berjalan dengan
efektif dan memiliki
produk literasi. |
|
|
|
|
|
|
|
Warga sekolah
(peserta didik, guru, tenaga kependidikan, dan kepala sekolah) memiliki sikap
yang mencerminkan budaya literasi. Keterangan: 0 = Warga sekolah belum memiliki sikap yang mencerminkan budaya literasi. 1 = Satu
unsur warga
sekolah memiliki sikap yang mencerminkan budaya literasi. 2 = Dua
unsur warga
sekolah memiliki sikap yang mencerminkan budaya literasi. 3 = Tiga
unsur warga
sekolah memiliki sikap yang mencerminkan budaya literasi. 4 = Empat
unsur warga
sekolah memiliki sikap yang mencerminkan budaya literasi. |
|
|
|
|
|
|
|
Warga
sekolah (peserta didik, guru, tenaga kependidikan, dan kepala sekolah)
memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi baca tulis. 0 = Warga sekolah belum memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi baca
tulis. 1 = Satu
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi baca tulis. 2 = Dua
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi baca tulis. 3 = Tiga
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi baca tulis. 4 = Empat
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi baca tulis. |
|
|
|
|
|
|
|
Warga
sekolah (peserta didik, guru, tenaga kependidikan, dan kepala sekolah)
memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi numerasi. 0 = Warga sekolah
belum memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi numerasi. 1 = Satu
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi numerasi. 2 = Dua
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi numerasi. 3 = Tiga
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi numerasi. 4 = Empat
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi numerasi. |
|
|
|
|
|
|
|
Warga
sekolah (peserta didik, guru, tenaga kependidikan, dan kepala sekolah)
memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi sains. 0 = Warga sekolah belum memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi sains. 1 = Satu
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi sains. 2 = Dua
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi sains. 3 = Tiga
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi sains. 4 = Empat
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi sains. |
|
|
|
|
|
|
|
Warga
sekolah (peserta didik, guru, tenaga kependidikan, dan kepala sekolah)
memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi digital. 0 = Warga sekolah belum memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi digital. 1 = Satu
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi digital. 2 = Dua
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi digital. 3 = Tiga
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi digital. 4 = Empat
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi digital. |
|
|
|
|
|
|
|
Warga sekolah (peserta didik, guru, tenaga kependidikan, dan kepala
sekolah) memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi finansial. 0 = Warga sekolah belum memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi finansial. 1 = Satu
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi finansial. 2 = Dua
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi finansial. 3 = Tiga
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi finansial. 4 = Empat
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi finansial. |
|
|
|
|
|
|
|
Warga
sekolah (peserta didik, guru, tenaga kependidikan, dan kepala sekolah) memiliki
sikap keteladanan dalam berliterasi budaya dan kewargaan. 0 = Warga sekolah
belum memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi budaya dan kewargaan. 1 = Satu
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi budaya dan kewargaan. 2 = Dua
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi budaya dan kewargaan. 3 = Tiga
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi budaya dan kewargaan. 4 = Empat
unsur warga
sekolah memiliki sikap keteladanan dalam berliterasi budaya dan kewargaan. |
|
|
|
|
|
7. |
Pengembangan GLS berbasis masyarakat |
Sekolah
mengembangkan kapasitas orang tua untuk mendukung implementasi GLS. Keterangan: 0 = Belum ada pengembangan kapasitas. 1 = Ada
sosialisasi tentang pentingnya pelibatan orang tua. 2 = Ada sosialisasi dan pembentukan paguyuban/forum kelas. 3 = Ada sosialisasi, pembentukan paguyuban/ forum kelas, dan
pembentukan kelas orang tua/ parenting. 4 = Ada sosialiasi, pembentukan paguyuban/ forum kelas, kelas
orang tua/parenting, dan dukungan (pikiran, tenaga, materi, dan sumbangan
finansial) untuk membantu mengatasi
masalah-masalah yang ada di kelas. |
|
|
|
|
|
|
|
Komite
sekolah berperan aktif dalam mendukung kegiatan GLS. Keterangan: 0 = Komite sekolah pasif. 1 = Komite sekolah ada, tetapi hanya untuk kepentingan administratif saja. 2 = Komite sekolah aktif, tetapi baru menggunakan sumber daya
internal sekolah saja. 3 = Komite sekolah aktif dan menggunakan sumber daya internal
dan mencari dukungan eksternal. 4 = Komite
sekolah aktif dan
menggunakan sumber daya internal,
mencari dukungan eksternal dan memanfaatkan sumber daya tersebut untuk mendukung GLS. |
|
|
|
|
|
|
|
Terdapat
pelibatan masyarakat dalam GLS (orang tua, komite sekolah, alumni, tokoh
masyarakat, lembaga pemerintah dan nonpemerintah yang relevan, DUDI, serta
perguruan tinggi). Keterangan: 0 = Belum ada pelibatan masyarakat. 1 = Melibatkan 1--2 unsur masyarakat. 2 = Melibatkan 3--4 unsur masyarakat. 3 = Melibatkan 5--6 unsur masyarakat. 4 = Melibatkan seluruh potensi yang tersedia di dalam masyarakat untuk GLS. |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah
memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran di luar lingkungan sekolah (misalnya,
museum, sanggar seni, puskesmas, tempat ibadah, sarana olahraga, dan
lain-lain) secara efektif. Keterangan: 0 = Sekolah belum memanfaatkan sumber pembelajaran. 1 = Sekolah memanfaatkan satu sumber pembelajaran. 2 = Sekolah memanfaatkan tiga sumber pembelajaran. 3 = Sekolah memanfaatkan lima sumber pembelajaran. 4 = Sekolah memanfaatkan seluruh potensi masyarakat sebagai sumber pembelajaran. |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah menggali sumbangan dari masyarakat (orang tua, alumni, DUDI, dan lain-lain) untuk GLS. Keterangan: 0 = Belum
ada sumber dana
dari masyarakat. 1 = Sekolah menggali sumbangan dari
satu sumber. 2 = Sekolah menggali sumbangan dari
dua sumber. 3 = Sekolah menggali sumbangan dari
tiga sumber. 4 = Sekolah menggali sumbangan dari
lima sumber atau lebih. |
|
|
|
|
|
|
|
Masyarakat
(misalnya, orang tua, komite sekolah, tokoh masyarakat, dan lembaga
pemerintah atau nonpemerintah yang relevan) memberikan
masukan, saran, kritik, dan/atau inspirasi dalam GLS yang
berkelanjutan. Keterangan: 0 = Belum
ada masukan, saran,
kritik, dan/atau inspirasi. 1 = Satu unsur masyarakat memberikan masukan, saran, kritik, dan/atau inspirasi. 2 = Dua unsur masyarakat memberikan masukan, saran, kritik, dan/atau inspirasi. 3 = Tiga unsur masyarakat memberikan masukan, saran, kritik, dan/atau inspirasi. 4 = Empat unsur masyarakat
atau lebih memberikan masukan, saran, kritik, dan/atau inspirasi. |
|
|
|
|
|
8. |
Implementasi
enam dimensi literasi |
Sekolah
memiliki bahan bacaan dan kegiatan yang mengembangkan literasi baca-tulis
(membaca sejumlah buku dalam waktu tertentu, menuliskan hal-hal menarik dari
buku yang dibaca, membuat kelompok diskusi buku, membuat perpustakaan di
kelas, mengundang orang tua, sastrawan, atau pegiat literasi untuk membacakan
buku di sekolah, dan lain-lain). Keterangan: 0 = Sekolah belum memiliki bahan
bacaan dan kegiatan atau
aktivitas yang mengembangkan literasi baca-tulis. 1 = Sekolah memiliki bahan bacaan
fiksi dan nonfiksi, tetapi belum memiliki kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan literasi baca- tulis. 2 = Sekolah memiliki bahan bacaan
fiksi dan nonfiksi dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi baca-tulis, tetapi tidak secara
rutin. 3 = Sekolah memiliki bahan bacaan
fiksi dan nonfiksi dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi baca-tulis secara rutin. 4 = Sekolah memiliki bahan bacaan
fiksi dan nonfiksi dan melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas literasi
baca-tulis secara rutin dan melibatkan seluruh warga sekolah. |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah
memiliki bahan bacaan dan kegiatan yang
mengembangkan literasi numerasi (proyek-proyek
numerasi sederhana di dalam kelas, membuat penelitian sederhana bersama teman di
kelompok numerasi siswa, mengunjungi dan mencari informasi penggunaan
angka, simbol matematika, grafik, tabel, bagan di lingkungan sekitar sekolah, dan lain-lain). Keterangan: 0 = Sekolah belum memiliki bahan
bacaan dan kegiatan atau
aktivitas yang mengembangkan literasi numerasi. 1 = Sekolah memiliki bahan bacaan tentang literasi numerasi, tetapi belum memiliki kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan literasi numerasi. 2 = Sekolah memiliki bahan bacaan tentang literasi numerasi dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi numerasi, tetapi tidak
secara rutin. 3 = Sekolah memiliki bahan bacaan tentang literasi numerasi dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi numerasi secara rutin. 4 = Sekolah memiliki bahan bacaan tentang literasi numerasi dan melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas literasi numerasi secara rutin dan
melibatkan seluruh warga sekolah. |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah
memiliki bahan bacaan dan kegiatan yang mengembangkan literasi sains (menanam, merawat, mengamati, mencatat, dan mempresentasikan
pertumbuhan tanaman; melakukan kunjungan ke
pasar untuk mengamati dan menuliskan barang- barang
yang dijual berdasarkan jenisnya; dan lain-lain). Keterangan: 0 = Sekolah belum memiliki bahan
bacaan dan kegiatan atau
aktivitas yang mengembangkan literasi sains. 1 = Sekolah memiliki bahan bacaan tentang literasi
sains, tetapi belum memiliki kegiatan
atau aktivitas yang
mengembangkan literasi sains. 2 = Sekolah memiliki bahan bacaan
tentang literasi sains dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi sains, tetapi tidak secara
rutin. 3 = Sekolah memiliki bahan bacaan
tentang literasi sains dan melakukan
kegiatan atau aktivitas literasi sains
secara rutin. 4 = Sekolah memiliki bahan bacaan tentang literasi sains dan melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas literasi sains
secara rutin dan melibatkan seluruh warga
sekolah. |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah memiliki bahan
bacaan dan kegiatan yang
mengembangkan literasi digital (penyediaan kelas virtual sehingga
siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja, berkomunikasi antarwarga
sekolah menggunakan teknologi digital, seperti
pos-el dan media sosial, pengarsipan digital, dan lain- lain). Keterangan: 0 = Sekolah belum memiliki bahan
bacaan dan kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan
literasi digital. 1 = Sekolah memiliki bahan bacaan tentang literasi digital, tetapi belum memiliki kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan literasi digital. 2 = Sekolah memiliki bahan bacaan tentang literasi digital dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi digital, tetapi tidak secara
rutin. 3 =
Sekolah memiliki bahan
bacaan tentang literasi digital dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi digital secara rutin. 4 = Sekolah memiliki bahan bacaan tentang literasi digital dan
melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas literasi digital secara rutin dan
melibatkan seluruh warga sekolah. |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah memiliki kegiatan atau aktivitas yang
mengembangkan literasi finansial (membiasakan siswa berbelanja di
koperasi sekolah; memberikan pelatihan
literasi finansial kepada siswa dalam memahami pentingnya menabung,
memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, mengenali metode
pembayaran yang tersedia di pasar, baik tunai, kredit, maupun debit;
menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan tingkat dasar
dengan cara yang menyenangkan dan interaktif
melalui gawai; menyelenggarakan pekan kewirausahaan dengan melatih siswa
berjualan barang atau jasa; menggunakan KIP untuk
berbelanja kebutuhan sekolah). Keterangan: 0 = Sekolah belum memiliki bahan bacaan kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan literasi
finansial. 1 = Sekolah memiliki bahan bacaan
tentang literasi finansial, tetapi belum memiliki kegiatan atau aktivitas yang
mengembangkan literasi finansial. 2 = Sekolah memiliki bahan bacaan
tentang literasi finansial dan
melakukan kegiatan atau aktivitas literasi finansial, tetapi
tidak secara rutin. 3 = Sekolah memiliki bahan bacaan
tentang literasi finansial dan
melakukan kegiatan atau aktivitas literasi finansial secara rutin. 4 = Sekolah memiliki bahan bacaan
tentang literasi finansial dan
melakukan berbagai kegiatan atau
aktivitas literasi finansial secara rutin dan melibatkan seluruh warga
sekolah. |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah
memiliki bahan bacaan dan kegiatan yang
mengembangkan literasi budaya dan kewargaan (mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan
kesenian/kebudayaan daerah; mengunjungi museum, tempat wisata, peninggalan
sejarah, kantor kecamatan, kantor kelurahan, kantor polisi, kantor DPR, dan
lain-lain). Keterangan: 0 = Sekolah belum memiliki bahan
bacaan kegiatan atau aktivitas yang
mengembangkan literasi budaya dan kewargaan. 1 = Sekolah memiliki bahan bacaan
tentang literasi budaya dan kewargaan, tetapi belum memiliki kegiatan atau aktivitas yang
mengembangkan literasi budaya dan kewargaan. 2 = Sekolah memiliki bahan bacaan
tentang literasi budaya dan kewargaan dan melakukan kegiatan atau aktivitas
literasi budaya dan kewargaan, tetapi tidak secara rutin. 3 = Sekolah memiliki bahan bacaan
tentang literasi budaya dan kewargaan dan melakukan kegiatan atau aktivitas
literasi budaya dan kewargaan secara rutin. 4 = Sekolah memiliki bahan bacaan
tentang literasi budaya
dan kewargaan dan melakukan berbagai kegiatan atau
aktivitas literasi budaya
dan kewargaan secara rutin dan
melibatkan seluruh warga sekolah. |
|
|
|
|
|
9. |
Evaluasi GLS |
Sekolah
memiliki instrumen dengan indikator yang jelas dan mendokumentasikan secara
lengkap untuk mengukur keberhasilan program GLS. Keterangan: 0 = Sekolah belum memiliki instrumen dan pendokumentasian program GLS. 1 = Sekolah memiliki instrumen untuk mengukur keberhasilan program GLS, tetapi indikatornya belum
jelas dan belum ada pendokumendasian. 2 = Sekolah memiliki instrumen untuk mengukur keberhasilan program GLS dengan indikator
yang sudah jelas dan sudah ada pendokumendasian
walaupun belum lengkap. 3 = Sekolah memiliki instrumen untuk
mengukur keberhasilan program GLS dengan
indikator yang sudah jelas dan pendokumendasiannya lengkap. 4 = Sekolah memiliki berbagai macam instrumen untuk mengukur
keberhasilan program GLS dengan indikatornya
yang sudah jelas dan pendokumentasiannya lengkap. |
|
|
|
|
|
|
|
Kepala
sekolah, guru, komite sekolah, dan orang tua melakukan kegiatan pengawasan (monitoring) GLS secara rutin dan
berkelanjutan. 0 = Kepala Sekolah, guru, komite
sekolah, dan orang tua belum melakukan pengawasan GLS 1 = Hanya kepala sekolah yang melakukan kegiatan pengawasan GLS secara rutin
dan berkelanjutan. 2 = Hanya kepala
sekolah dan guru yang melakukan kegiatan pengawasan GLS secara rutin dan berkelanjutan. 3 = Kepala sekolah, guru, dan komite sekolah
melakukan kegiatan pengawasan GLS secara rutin dan berkelanjutan. 4 = Kepala sekolah, guru, komite sekolah,
dan orang tua melakukan
kegiatan pengawasan GLS secara
rutin dan berkelanjutan. |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah
memiliki mekanisme umpan balik dari peserta didik dalam pelaksanaan GLS. 0 = Siswa tidak dilibatkan dalam evaluasi
GLS. 1 = Sekolah memiliki mekanisme umpan
balik, tetapi belum
secara sistematis. 2 = Sekolah memiliki mekanisme umpan
balik secara sistematis. 3 = Sekolah memiliki mekanisme umpan
balik secara sistematis dan
diketahui oleh peserta didik. 4 = Sekolah memiliki mekanisme umpan balik secara
sistematis dan diketahui serta dimanfaatkan oleh
peserta didik. |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah menindaklanjuti hasil pengawasan dan
evaluasi untuk memperbaiki pelaksanaan kegiatan GLS. Keterangan: 0 = Sekolah tidak menindaklanjuti hasil pengawasan dan evaluasi. 1 = Sekolah menindaklanjuti pengawasan dan evaluasi ala kadarnya, tanpa
perencanaan. 2 = Sekolah menindaklanjuti pengawasan dan evaluasi, menentukan langkah-langkah perubahan, dan membuat prioritas perbaikan. 3 = Sekolah menindaklanjuti pengawasan dan evaluasi, menentukan langkah-langkah perubahan, dan membuat prioritas perbaikan. 4 = Sekolah menindaklanjuti hasil pengawasan dan evaluasi secara rutin, menentukan langkah-
langkah perubahan, membuat prioritas-
prioritas perbaikan, dan memiliki sistem pertanggungjawaban yang
dapat dikontrol oleh komunitas sekolah. |
|
|
|
|
|
|
|
Sekolah
melibatkan kepala sekolah, guru, peserta didik, komite sekolah, orang tua,
dan masyarakat dalam pelaksanaan GLS. Keterangan: 0 = Sekolah hanya melibatkan guru dan belum melibatkan pemangku kepentingan lain. 1 = Sekolah melibatkan personalia di internal
sekolah saja (kepala sekolah, guru, peserta didik, dan tenaga kependidikan). 2 = Sekolah melibatkan personalia di
internal sekolah dan eksternal sekolah (orang tua
dan masyarakat), tetapi keterlibatan masyarakat ini masih merupakan inisiatif sekolah. 3 = Sekolah melibatkan personalia di internal
sekolah dan eksternal sekolah (orang tua dan masyarakat) serta ada program-program GLS yang
muncul dari inisiatif sekolah dan masyarakat. 4 = Seluruh sumber daya manusia di sekolah (kepala sekolah, guru, siswa, tenaga kependidikan, komite sekolah,
orang tua, dan masyarakat) terlibat secara aktif
dan dilibatkan dalam
pengembangan GLS melalui berbagai macam inisiatif yang
memperkaya pengalaman belajar
peserta didik. |
|
|
|
|
|
|
|
Warga
sekolah menggunakan sarana dan prasarana penunjang literasi (perpustakaan
sekolah, pojok baca, mading sekolah, taman sekolah,
dan alat peraga) secara efektif. Keterangan: 0 = Sekolah belum menggunakan sarana dan prasarana yang ada, alasannya adalah (jelaskan):
……………………….. 1 = Sekolah menggunakan sarana dan prasarana yang ada
hanya untuk
peserta didik. 2 = Sekolah menggunakan sarana dan prasarana untuk peserta didik
dan guru. 3 = Sekolah menggunakan sarana dan prasarana untuk peserta
didik, guru, dan orang tua. 4 = Sekolah menggunakan sarana dan prasarana yang ada bagi
peserta didik, orang tua, dan masyarakat. |
|
|
|
|
|
|
|
Gerakan
GLS meningkatkan prestasi akademik. Keterangan: 0 = Belum terjadi peningkatan, stagnan, atau malah menurun 1 = Terjadi peningkatan prestasi akademis pada sebagian kecil
siswa (25 persen), dalam hal (jelaskan):
……………………………………………………. ………………………………………………………………………… ……………………………… 2 = Terjadi peningkatan prestasi akademis pada separuh
siswa (50 persen), dalam hal (jelaskan): …………………………………………………………. ………………………………………………………………………… ……………………………… 3 = Terjadi peningkatan prestasi akademis pada sebagian besar siswa (75 persen), dalam hal (jelaskan): ………………………………………….. ………… ………………………………………………………………………… ……………………. 4 = Terjadi peningkatan
prestasi akademis kualitas pembelajaran di sekolah secara signikan (100 persen). Ini dibuktikan dengan adanya kenaikan nilai tiap-tiap individu dan naiknya
nilai rerata kelas per mata pelajaran dan ditandai dengan bertumbuhnya
gairah belajar peserta didik. |
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||
|
|
No. Evaluasi
GLS Aspek/Hal Kondisi Sebelum GLS Kemajuan Setelah GLS |
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||
|
|
Apa saja
hambatan atau kendala yang dialami dalam pelaksanaan GLS di sekolah Saudara?
Jelaskan: ……………………………………………………………………… …………………………….. ……………………………………………………………………… …………………………….. |
|
|
|
|
|
|
|
Saran,
upaya, atau solusi apa yang diharapkan |
|
|
|
|
|
untuk memperbaiki pelaksanaan GLS ke |
|||||||
depan? Jelaskan: |
|||||||
Saran bagi Kemendikbud: |
|||||||
………………………………………………………………………… |
|||||||
…………………………… |
|||||||
………………………………………………………………………… |
|||||||
…………………………… |
|||||||
Saran bagi pemerintah daerah: |
|||||||
………………………………………………………………………… |
|||||||
…………………………… |
|||||||
………………………………………………………………………… |
|||||||
…………………………… |
|||||||
Saran bagi pihak lainnya: |
|||||||
………………………………………………………………………… |
|||||||
…………………………… |
|||||||
………………………………………………………………………… |
|||||||
…………………………… |
|||||||
………………………………………………………………………… |
|||||||
…………………………… |
|||||||
………………………………………………………………………… |
|||||||
…………………………… |
12. Rubrik
Penilaian dan Indikator Keberhasilan Gerakan
Literasi Keluarga
GERAKAN LITERASI KELUARGA |
|||||||
No. |
Komponen |
Indikator Keberhasilan |
0 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
Penilaian awal |
Keluarga mengidentifikasi sarana dan prasarana yang mendukung literasi
keluarga. Keterangan: 0 = Keluarga belum melakukan identifikasi, kendalanya adalah (jelaskan): .... 1 = Keluarga mengidentifikasi 1–3 sumber belajar dan sarana prasarana di
rumah, yaitu (sebutkan): .... 2 = Keluarga mengidentifikasi 4–6 sumber belajar dan sarana prasarana di
rumah, yaitu (sebutkan): .... 3 = Keluarga mengidentifikasi 7–9 sumber belajar dan sarana prasarana di
rumah, yaitu (sebutkan): .... 4 = Keluarga mengidentifikasi ≥ 10
sumber belajar dan sarana prasarana di rumah, yaitu (sebutkan): .... |
|
|
|
|
|
|
|
Keluarga mengidentifikasi anggota keluarga yang
mendukung kegiatan literasi. Keterangan: 0 = Keluarga belum melakukan identifikasi, kendalanya adalah (jelaskan): .... 1 = Keluarga mengidentifikasi satu anggota keluarga yang mendukung dan berkompetensi dalam pembelajaran literasi, yaitu (sebutkan): .... 2 = Keluarga mengidentifikasi dua anggota keluarga yang mendukung dan berkompetensi dalam pembelajaran literasi, yaitu (sebutkan): .... 3 = Keluarga mengidentifikasi tiga anggota keluarga yang mendukung dan berkompetensi dalam pembelajaran literasi, yaitu (sebutkan): .... 4 = Keluarga mengidentifikasi lebih dari tiga anggota keluarga yang
mendukung dan berkompetensi dalam pembelajaran literasi, yaitu (sebutkan):
.... |
|
|
|
|
|
|
|
Keluarga mengidentifikasi aktivitas literasi yang dilakukan di rumah. Keterangan: 0 = Keluarga belum mengidentifikasi aktivitas literasi yang dilakukan di rumah. 1 = Keluarga mengidentifikasi 1–3 aktivitas literasi yang dilakukan di rumah, yaitu (sebutkan): .... 2 = Keluarga mengidentifikasi 4–6 aktivitas literasi yang dilakukan di rumah, yaitu (sebutkan): .... 3 = Keluarga mengidentifikasi 7–9 aktivitas literasi yang dilakukan di rumah, yaitu (sebutkan): .... 4 = Keluarga mengidentifikasi ≥ 10
aktivitas literasi yang
dilakukan di rumah, yaitu (sebutkan): .... |
|
|
|
|
|
2 |
Aturan dan penganggaran literasi keluarga |
Keluarga
menyediakan alokasi anggaran untuk literasi secara berkala. Keterangan: 0 = Keluarga belum menyediakan alokasi angaran untuk kegiatan literasi. 1 = Keluarga menyediakan alokasi anggaran untuk kegiatan literasi di rumah, tetapi belum dilakukan
secara rutin. 2 = Keluarga menyediakan alokasi anggaran untuk kegiatan literasi di rumah dan dilakukan secara rutin. 3 = Keluarga menyediakan alokasi anggaran untuk kegiatan literasi di rumah dan sesekali di luar rumah. 4 = Keluarga menyediakan alokasi anggaran untuk kegiatan literasi di rumah dan di luar rumah secara rutin. |
|
|
|
|
|
3 |
Sarana prasara- na pendukung literasi keluarga |
Keluarga
memiliki sarana dan prasarana yang mendukung literasi keluarga (perpustakaan
keluarga, pojok baca, komputer, dan jaringan internet). Keterangan: 0 = Keluarga belum memiliki sarana
dan prasarana pendukung literasi. 1 = Keluarga memiliki salah satu
sarana dan prasarana pendukung literasi (perpustakaan keluarga, pojok baca, komputer/laptop, jaringan internet, dan lain-lain). 2 = Keluarga memiliki dua sarana dan prasarana pendukung literasi (perpustakaan keluarga, pojok baca,
komputer/laptop, dan jaringan internet, dan
lain-lain). 3 = Keluarga memiliki tiga sarana
dan prasarana pendukung literasi (perpustakaan keluarga, pojok baca, komputer, dan jaringan internet, dan lain-lain). 4 = Keluarga memiliki semua sarana dan prasarana pendukung literasi (perpustakaan keluarga, pojok baca, computer, dan jaringan internet, dan lain-lain). |
|
|
|
|
|
|
|
Keluarga memiliki berbagai macam varian dan
bentuk bahan bacaan keluarga (majalah,
koran, buku bacaan, dan buku
bacaan elektronik). Keterangan: 0 = Keluarga belum memiliki atau
berlangganan berbagai macam varian
dan bentuk bahan bacaan keluarga. 1 = Keluarga memiliki atau berlangganan salah satu
varian atau bentuk bahan bacaan kelurga (majalah, koran, buku
bacaan, buku bacaan elektronik, dan lain-lain). 2 = Keluarga memiliki atau berlangganan dua varian atau bentuk
bahan bacaan keluarga (majalah, koran,
buku bacaan, buku
bacaan elektronik, dan lain-lain). 3 = Keluarga memiliki atau berlangganan tiga varian
atau bentuk bahan bacaan keluarga (majalah, koran,
buku bacaan, buku
bacaan elektronik, dan lain-lain). 4 = Keluarga memiliki atau berlangganan empat atau
lebih varian atau bentuk bahan bacaan keluarga (majalah, koran, buku
bacaan, buku bacaan elektronik, dan lain-lain). |
|
|
|
|
|
4 |
Partisipasi keluarga dalam pengemban- gan literasi di sekolah |
Keluarga berpartisipasi dalam kegiatan
literasi di sekolah. Keterangan: 0 = Keluarga belum berpartisipasi dalam kegiatan literasi di sekolah. 1 = Keluarga berpartisipasi dalam kegiatan literasi sekolah namun masih
pasif. 2 = Keluarga aktif berpartisipasi dalam
kegiatan literasi sekolah. 3 = Keluarga aktif
berpartisipasi dalam kegiatan literasi sekolah dan dapat menggerakkan orang tua peserta didik lainnya untuk
berpartisipasi. 4 = Keluarga aktif dan dapat
menggerakkan orang tua peserta didik lainnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan literasi sekolah, serta
memberi dukungan (pikiran, tenaga, materi)
untuk mengembangkan kegiatan literasi di sekolah |
|
|
|
|
|
|
|
Keluarga melakukan penumbuhkembangan literasi
di rumah yang disinkronisasi dengan
kegiatan literasi di sekolah. Keterangan: 0 = Keluarga belum melakukan penumbuhkembangan literasi di
rumah yang disinkronisasi dengan kegiatan literasi di sekolah. 1 = Keluarga melakukan penumbuhkembangan literasi di rumah yang sebagian kecil sinkron dengan kegiatan
literasi di sekolah, tetapi belum efektif dilaksanakan di lingkungan
keluarga. 2 = Keluarga melakukan penumbuhkembangan literasi di rumah yang sebagian kecil sinkron dengan kegiatan
literasi di sekolah dan sudah efektif
dilaksanakan di lingkungan keluarga. 3 = Keluarga melakukan penumbuhkembangan literasi di rumah yang sebagian besar sinkron dengan kegiatan
literasi di sekolah, tetapi belum efektif dilaksanakan di lingkungan
keluarga. 4 = Keluarga melakukan penumbuhkembangan literasi di rumah yang sebagian besar sinkron dengan kegiatan
literasi di sekolah dan sudah efektif
dilaksanakan di lingkungan keluarga. |
|
|
|
|
|
|
|
Keluarga mendokumentasikan praktik baik kegiatan literasi yang dilakukan di rumah untuk dijadikan
bahan diskusi di sekolah. Keterangan: 0 = Keluarga belum mendokumentasikan praktik baik
kegiatan literasi yang
dilakukan di rumah untuk
dijadikan bahan diskusi di sekolah. 1 =
Keluarga mendokumentasikan 25% praktik baik
kegiatan literasi yang dilakukan di rumah untuk dijadikan bahan diskusi di
sekolah. 2 = Keluarga belum mendokumentasikan 50% praktik baik kegiatan literasi yang dilakukan di rumah untuk dijadikan bahan diskusi di sekolah. 3 =
Keluarga mendokumentasikan 75% praktik baik
kegiatan literasi yang dilakukan di rumah untuk dijadikan bahan diskusi di sekolah. 4 = Keluarga mendokumentasikan 100% praktik
baik kegiatan literasi yang dilakukan
di rumah untuk dijadikan bahan diskusi di sekolah. |
|
|
|
|
|
5 |
Partisipasi keluarga dalam pengemban- gan literasi di
masyarakat |
Keluarga terlibat dalam kegiatan literasi di
masyarakat. Keterangan: 0 = Keluarga belum terlibat dalam
kegiatan literasi di lingkungan masyarakat. 1 = Keluarga berpartisipasi sebagai peserta
dalam kegiatan literasi di lingkungan
masyarakat, tetapi belum rutin. 2 = Keluarga berpartisipasi sebagai peserta
dalam kegiatan literasi di lingkungan
masyarakat secara rutin. 3 = Keluarga terlibat sebagai penyelenggara
dalam kegiatan literasi di lingkungan
masyarakat. 4 = Keluarga terlibat sebagai penyelenggara
dalam kegiatan literasi di lingkungan
dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi
dalam kegiatan tersebut. |
|
|
|
|
|
6 |
Implementasi enam
dimensi literasi |
Keluarga memiliki kegiatan atau aktivitas yang
mengembangkan literasi baca-tulis (membacakan buku kepada anak sejak dini,
memiliki jadwal membaca buku bersama, menulis surat kepada teman atau
keluarga, berlangganan berbagai macam bahan bacaan, dan lain-lain). Keterangan: 0 = Keluarga belum memiliki bahan
bacaan kegiatan atau aktivitas yang
mengembangkan literasi baca-tulis. 1 = Keluarga memiliki bahan bacaan fiksi
dan nonfiksi, tetapi belum
memiliki kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan literasi baca-
tulis. 2 = Keluarga memiliki bahan bacaan
fiksi dan nonfiksi dan
melakukan kegiatan atau
aktivitas literasi baca-tulis, tetapi tidak secara
rutin. 3 = Keluarga memiliki bahan bacaan
fiksi dan nonfiksi dan
melakukan kegiatan atau
aktivitas literasi baca-tulis secara rutin. 4 = Keluarga memiliki bahan bacaan fiksi dan
nonfiksi dan melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas literasi baca-tulis secara rutin dengan melibatkan semua anggota keluarga. |
|
|
|
|
|
|
|
Keluarga memiliki kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan literasi numerasi
(memiliki bahan bacaan tentang numerasi, melibatkan anak dalam transaksi jual
beli, seperti membandingkan harga dan menentukan harga terbaik, mengukur
pengeluaran air dan listrik keluarga, serta
berusaha menghemat, menghitung jarak dan waktu ketika berpergian, dan lain-lain). Keterangan: 0 = Keluarga belum memiliki bahan
bacaan dan kegiatan atau
aktivitas yang mengembangkan literasi numerasi. 1 = Keluarga memiliki bahan bacaan numerasi, tetapi belum
memiliki kegiatan atau
aktivitas yang mengembangkan literasi numerasi. 2 = Keluarga memiliki bahan bacaan numerasi dan melakukan kegiatan atau
aktivitas literasi numerasi, tetapi tidak
secara rutin. 3 = Keluarga memiliki bahan bacaan numerasi dan melakukan kegiatan atau
aktivitas literasi numerasi secara rutin. 4 = Keluarga memiliki bahan bacaan numerasi dan
melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas literasi numerasi secara rutin
dengan melibatkan semua anggota keluarga. |
|
|
|
|
|
|
|
Keluarga memiliki kegiatan atau aktivitas yang
mengembangkan literasi sains (memiliki bahan bacaan tentang sains, memelihara
tanaman dan mengamati pertumbuhannya, menerapkan
pola hidup bersih dan sehat, memasak bersama dan mendiskusikan bahan masakan
serta perubahan zat makanan, dan
lain-lain). Keterangan: 0 = Keluarga belum memiliki bahan
bacaan dan kegiatan atau
aktivitas yang mengembangkan literasi sains. 1 = Keluarga memiliki bahan bacaan sains,
tetapi belum memiliki kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan literasi sains. 2 = Keluarga memiliki bahan bacaan sains dan
melakukan kegiatan atau
aktivitas literasi sains, tetapi tidak secara rutin. 3 = Keluarga memiliki bahan bacaan
sains dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi sains secara rutin. 4 = Keluarga memiliki bahan bacaan
sains dan melakukan
berbagai kegiatan atau aktivitas literasi
sains secara rutin
dengan melibatkan semua anggota keluarga. |
|
|
|
|
|
|
|
Keluarga memiliki kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan literasi digital
(memiliki bahan bacaan tentang digital, memanfaatkan aplikasi dalam gawai
dalam kehidupan sehari-hari, seperti membeli barang, mencari informasi, menonton film
edukasi, dan lain-
lain). Keterangan: 0 = Keluarga belum memiliki bahan
bacaan kegiatan atau aktivitas yang
mengembangkan literasi digital. 1 = Keluarga memiliki bahan bacaan
digital, tetapi belum memiliki kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan literasi digital. 2 = Keluarga memiliki bahan bacaan
digital dan melakukan kegiatan atau
aktivitas literasi digital, tetapi
tidak secara rutin. 3 = Keluarga memiliki bahan bacaan
digital dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi digital secara rutin. 4 = Keluarga memiliki bahan bacaan
digital dan melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas literasi digital secara rutin dengan melibatkan semua
anggota keluarga. |
|
|
|
|
|
|
|
Keluarga memiliki kegiatan atau aktivitas yang
mengembangkan literasi finansial (memperkenalkan aktivitas yang
menghasilkan uang kepada anak, mengelola keuangan dengan mencatat pemasukan
dan pengeluaran,
mengajak anak untuk menabung di celengan atau di bank, memanfaatkan gawai
dalam bertransaksi jual beli, mentransfer uang, dan lain-lain). Keterangan: 0 = Keluarga belum memiliki bahan
bacaan kegiatan atau aktivitas yang
mengembangkan literasi finansial. 1 = Keluarga memiliki bahan bacaan finansial, tetapi belum
memiliki kegiatan atau
aktivitas yang mengembangkan literasi finansial. 2 = Keluarga memiliki bahan bacaan finansial dan melakukan kegiatan atau
aktivitas literasi finansial, tetapi tidak
secara rutin. 3 = Keluarga memiliki bahan bacaan finansial dan melakukan kegiatan atau
aktivitas literasi finansial secara rutin. 4 = Keluarga memiliki bahan bacaan finansial dan melakukan berbagai kegiatan atau
aktivitas literasi finansial secara
rutin dengan melibatkan semua anggota keluarga. |
|
|
|
|
|
|
|
Keluarga memiliki kegiatan atau aktivitas yang
mengembangkan literasi budaya dan kewargaan (memiliki bahan bacaan tentang
budaya dan kewargaan, mengunjungi tempat bersejarah dan berbudaya,
mengenalkan dan mendiskusikan dokumen
penting keluarga, berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia dan
bahasa daerah, berdiskusi tentang berita/ informasi tentang budaya dan
kewargaan, dan lain-lain). Keterangan: 0 = Keluarga belum memiliki bahan
bacaan kegiatan atau aktivitas yang
mengembangkan literasi budaya
dan kewargaan. 1 = Keluarga memiliki bahan bacaan
budaya dan kewargaan, tetapi belum memiliki kegiatan atau aktivitas yang
mengembangkan literasi budaya dan kewargaan. 2 = Keluarga memiliki bahan bacaan
budaya dan kewargaan, dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi budaya dan
kewargaan, tetapi tidak secara rutin. 3 = Keluarga memiliki bahan bacaan
budaya dan kewargaan dan
melakukan kegiatan atau aktivitas literasi budaya
dan kewargaan secara rutin. 4 = Keluarga memiliki bahan bacaan budaya dan kewargaan dan melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas literasi budaya
dan kewargaan secara rutin dengan melibatkan semua anggota keluarga. |
|
|
|
|
|
7 |
Evaluasi GLK |
Keluarga melakukan refleksi terhadap kegiatan literasi yang sudah dilakukan di
rumah. Keterangan: 0 = Keluarga belum melakukan refleksi terhadap kegiatan
literasi yang sudah dilakukan di rumah. 1 = Keluarga melakukan refleksi terhadap kegiatan literasi
yang sudah dilakukan di rumah, tetapi belum melakukan tindak lanjut. 2 = Keluarga melakukan refleksi terhadap kegiatan literasi
yang sudah dilakukan di rumah dan melakukan tindak lanjut, tetapi belum
efektif. 3 = Keluarga melakukan refleksi terhadap kegiatan literasi
yang sudah dilakukan di rumah dan melakukan tindak lanjut yang
cukup efektif. 4 = Keluarga melakukan refleksi terhadap kegiatan literasi
yang sudah dilakukan di rumah dan melakukan tindak lanjut yang efektif. |
|
|
|
|
|
13.
Rubrik Penilaian dan Indikator Keberhasilan Gerakan Literasi Masyarakat
GERAKAN LITERASI MASYARAKAT |
|||||||
No. |
Komponen |
Indikator Keberhasilan |
0 |
1 |
2 |
3 |
54 |
1 |
Penilaian awal |
Pemerintah daerah mengidentifikasi sumber- sumber
belajar (koleksi buku bacaan, alat peraga, akses internet, narasumber dari
tokoh masyarakat, tokoh agama, DUDI, budayawan, pegiat seni, pegiat literasi,
dan lain-lain) dan sarana prasarana (museum, sanggar, perpustakaan daerah,
taman bacaan masyarakat, kantor pemerintah, perguruan tinggi, lapangan olahraga untuk publik, dan lain-lain) di
lingkungannya. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum melakukan identifikasi, kendalanya adalah (jelaskan):
…. 1 = Pemerintah daerah mengidentifikasi 1–3 sumber belajar dan sarana prasarana di lingkungannya, yaitu
(sebutkan): …. 2 = Pemerintah daerah mengidentifikasi 4–6 sumber belajar dan sarana prasarana di lingkungannya, yaitu
(sebutkan): …. 3 = Pemerintah daerah mengidentifikasi 7–9 sumber belajar dan sarana prasarana di lingkungannya, yaitu
(sebutkan): …. 4 = Pemerintah daerah mengidentifikasi minimal 10 sumber
belajar dan sarana prasarana di
lingkungannya, yaitu (sebutkan): …. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah mengidentifikasi data literasi di lingkungannya (misalnya, tingkat
peminjaman buku di perpustakaan daerah, rata-rata nilai UN, program
pembiasaan membaca, kebijakan pendukung literasi, angka buta aksara dan
lain-lain). Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum melakukan identifikasi data literasi di
lingkungan sekitar. 1 = Pemerintah daerah mengidentifikasi 1–2 data literasi di lingkungannya. 2 = Pemerintah daerah mengidentifikasi 3–4 data literasi di lingkungannya. 3 = Pemerintah daerah mengidentifikasi 5–6 data literasi di lingkungannya. 4 = Pemerintah daerah mengidentifikasi >6
data literasi di lingkungannya. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah mengidentifikasi sumber-sumber (penggalian dana) untuk mengembangkan
literasi (misalnya, sumbangan CSR, bantuan pemerintah, dan lain-lain). Keterangan: 0 = Daerah
belum melakukan identifikasi dukungan pembiayaan kegiatan literasi. 1 = Daerah mengidentifikasi dukungan
pembiayaan dari pemerintah. 2 = Daerah mengdentifikasi dukungan
pembiayaan dari pemerintah dan warga. 3 = Daerah mengdentifikasi dukungan pembiayaan dari pemerintah, warga, dan dunia usaha (CSR). 4 = Daerah mengdentifikasi dukungan pembiayaan dari pemerintah, warga, dunia usaha (CSR), dan masyarakat lainnya. |
|
|
|
|
|
2 |
Pelibatan para pemangku kepentingan di daerah
dalam GLM |
Pemerintah
daerah melibatkan para
pemangku kepentingan dalam mengembangkan GLM (lembaga pemerintah, nonpemerintah, DUDI, perguruan tinggi, dan tokoh
masyarakat). Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum melibatkan para pemangku kepentingan. 1 = Pemerintah daerah telah melibatkan sebagian instansi/lembaga pemerintah di daerah dalam mengembangkan GLM. 2 = Pemerintah daerah telah melibatkan seluruh
instansi/lembaga pemerintah di daerah dalam mengembangkan GLM. 3 = Pemerintah daerah telah melibatkan seluruh
instansi/lembaga pemerintah dan sebagian lembaga nonpemerintah, DUDI, perguruan tinggi, serta
tokoh masyarakat dalam mengembangkan GLM. 4 =
Pemerinah daerah telah
melibatkan seluruh instansi/lembaga pemerintah, nonpemerintah, DUDI, perguruan tinggi, serta tokoh
masyarakat dalam
mengembangkan GLM. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah menyosialisasikan GLM dengan menggunakan berbagai cara (media sosial, media elektronik, media
cetak, sosialisasi langsung, dan lain-lain) kepada
masyarakat. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum memiliki rencana dalam
menyosialisasikan GLM. 1 = Pemerintah daerah telah memiliki
rencana yang jelas dalam
menyosialisasikan GLM, tetapi belum dilaksanakan. 2 = Pemerintah daerah telah memiliki
rencana yang jelas dalam
menyosialisasikan GLM dan telah melaksanakannya dengan menggunakan satu cara
(media sosial, media elektronik, media
cetak, sosialisasi langsung, dan lain-lain). 3 = Pemerintah daerah telah memiliki rencana yang
jelas dalam menyosialisasikan GLM dan telah melaksanakannya dengan
menggunakan dua cara (media sosial, media elektronik, media cetak, sosialisasi langsung, dan lain-lain). 4 = Pemerintah daerah telah memiliki
rencana yang jelas dalam
menyosialisasikan GLM dan telah melaksanakannya dengan menggunakan berbagai cara (media sosial, media elektronik, media cetak, sosialisasi langsung, dan lain-lain). |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah memiliki data komunitas literasi dan taman bacaan masyarakat di daerah
secara lengkap. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum memiliki data komunitas literasi dan taman baca
masyarakat. 1 = Pemerintah daerah telah memiliki rencana untuk
mendata komunitas literasi dan taman bacaan
masyarakat. 2 = Pemerintah daerah telah memiliki data komunitas literasi
dan taman bacaan masyarakat, tetapi belum lengkap dan menyeluruh. 3 = Pemerintah daerah telah memiliki data komunitas literasi
dan taman bacaan masyarakat secara lengkap, tetapi belum memanfaatkan data tersebut secara maksimal dalam mengembangkan GLM. 4 = Pemerintah daerah telah memiliki data komunitas literasi
dan taman bacaan masyarakat secara lengkap dan telah memanfaatkan data tersebut secara maksimal dalam mengembangkan GLM. |
|
|
|
|
|
3 |
Desain kebi- jakan di mas- yarakat
(kota/ kabupaten) |
Pemerintah daerah membentuk tim pelaksana GLM. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum membentuk tim pelaksana GLM. 1 = Pemerintah daerah memiliki tim
pelaksana GLM dengan
struktur organisasi. 2 = Pemerintah daerah memiliki tim
pelaksana GLM dengan struktur
organisasi dan menjelaskan peran
tiap-tiap bagian dalam
tim. 3 = Pemerintah daerah memiliki tim
pelaksana GLM dengan struktur
organisasi, menjelaskan peran, serta
mekanisme kerja tiap-tiap bagian dalam tim. 4 = Pemerintah daerah memiliki tim
pelaksana GLM dengan struktur
organisasi yang menjelaskan peran
dan mekanisme kerja
tiap- tiap bagian dalam
tim, serta tertuang dalam surat keputusan. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah memiliki peraturan daerah mendukung implementasi GLM. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum memiliki peraturan yang mendukung implementasi GLM. 1 = Pemerintah daerah memiliki peraturan- peraturan yang
mendukung GLM, tetapi belum
diterapkan secara efektif. 2 = Pemerintah daerah memiliki peraturan- peraturan yang
mendukung implementasi GLM, tetapi baru sebagian kecil peraturan yang diterapkan secara efektif. 3 = Pemerintah daerah memiliki peraturan- peraturan yang
mendukung implementasi GLM dan sebagian besar peraturan sudah diterapkan secara efektif. 4 = Pemerintah daerah memiliki dan melaksanakan
peraturan-peraturan secara sistemik yang mendukung implementasi GLM secara efektif. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah memiliki anggaran khusus untuk kegiatan GLM. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum memiliki anggaran khusus
untuk kegiatan GLM. 1 = Pemerintah daerah
memiliki anggaran khusus untuk kegiatan GLM, tetapi belum dipergunakan secara efektif. 2 = Pemerintah daerah memiliki anggaran khusus untuk kegiatan
GLM, tetapi baru sebagian kecil yang
dipergunakan secara efektif. 3 = Pemerintah daerah memiliki anggaran khusus untuk kegiatan
GLM dan sebagian besar sudah dipergunakan secara efektif. 4 = Pemerintah daerah memiliki anggaran khusus untuk
melaksanakan kegiatan GLM secara sistemik yang mendukung implementasi GLM
secara efektif. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah memiliki fasilitas pendukung untuk kegiatan GLM. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum memiliki fasilitas pendukung untuk
kegiatan GLM. 1 = Pemerintah daerah memiliki fasilitas pendukung untuk
kegiatan GLM, tetapi belum dipergunakan secara efektif. 2 = Pemerintah daerah memiliki fasilitas pendukung untuk
kegiatan GLM, tetapi baru sebagian kecil
yang dipergunakan secara efektif. 3 = Pemerintah daerah memiliki fasilitas pendukung untuk
kegiatan GLM dan sebagian besar sudah dipergunakan secara efektif. 4 = Pemerintah daerah memiliki fasilitas pendukung untuk
melaksanakan kegiatan GLM secara sistemik yang mendukung implementasi GLM
secara efektif. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah melakukan upaya sosialiasasi dan koordinasi untuk mendukung kegiatan
GLM. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum melakukan upaya sosialisasi dan koordinasi untuk mendukung kegiatan GLM. 1 = Pemerintah daerah melakukan upaya
sosialisasi dan koordinasi untuk mendukung
kegiatan GLM kepada sebagian kecil masyarakat. 2 = Pemerintah daerah melakukan upaya
sosialisasi dan koordinasi untuk mendukung
kegiatan GLM kepada sebagian besar masyarakat. 3 = Pemerintah daerah melakukan upaya sosialisasi dan koordinasi kepada sebagian besar masyarakat
dan masyarakat cukup aktif berpartisipasi dalam mendukung kegiatan GLM. 4 = Pemerintah daerah melakukan upaya sosialisasi dan koordinasi kepada sebagian besar masyarakat dan masyarakat sangat aktif berpartisipasi dalam mendukung kegiatan GLM. |
|
|
|
|
|
4 |
Desain kegiatan GLM |
Pemerintah
daerah mengembangkan kegiatan
literasi secara seimbang antara enam literasi, yaitu literasi baca tulis,
numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan
kewargaan. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum mengembangkan kegiatan literasi. 1 = Pemerintah daerah mengembangkan literasi yang terfokus pada
1 dari 6 bidang literasi. 2 = Pemerintah daerah mengembangkan literasi yang terfokus pada
2–3 dari 6 bidang literasi. 3 = Pemerintah daerah mengembangkan literasi yang terfokus pada
4–5 dari 6 bidang literasi. 4 = Pemerintah daerah mengembangkan literasi yang terfokus pada
seluruh bidang literasi. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah menggunakan potensi lingkungan
(fisik, sosial, dan budaya) untuk memperkaya pengalaman belajar
masyarakat. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum memanfaatkan potensi lingkungan dan
sumber belajar. 1 = Pemerintah daerah memanfaatkan 1 dari 3 jenis potensi lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. 2 = Pemerintah daerah memanfaatkan 2 dari 3 jenis potensi lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. 3 = Pemerintah daerah memanfaatkan ketiga
potensi lingkungan sebagai sumber belajar. 4 = Pemerintah daerah memanfaatkan ketiga
potensi lingkungan sebagai
sumber belajar dengan maksimal dan
konsisten. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah memiliki program unggulan kegiatan literasi untuk masyarakat umum. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum memiliki program dan kegiatan literasi. 1 = Pemerintah daerah memiliki program literasi yang
melibatkan masyarakat internal daerah tersebut. 2 = Pemerintah daerah memiliki program literasi yang melibatkan masyarakat
dan dilaksanakan di dalam dan di luar daerah tersebut. 3 = Pemerintah daerah memiliki program literasi yang
melibatkan masyarakat dan
memfasilitasi inisiatif masyarakat untuk
melakukan
kegiatan literasi di
daerah tersebut. 4 = Pemerintah daerah memiliki program literasi yang
melibatkan masyarakat dan memfasilitasi inisiatif masyarakat untuk melakukan
kegiatan literasi di dalam dan di luar daerah tersebut. |
|
|
|
|
|
5 |
Pengembangan
fasilitas literasi di ruang publik |
Pemerintah daerah memiliki pojok baca atau perpustakaan pada semua instansi/lembaga pemerintah di daerah. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum memiliki pojok baca atau perpustakaan pada semua instansi/ lembaga pemerintah di
daerah. 1 = Pemerintah daerah memiliki pojok baca atau perpustakaan di sebagian kecil instansi/ lembaga pemerintah di daerah (25 persen). 2 = Pemerintah daerah memiliki pojok baca atau perpustakaan di
separuh instansi/lembaga pemerintah di daerah (50 persen). 3 = Pemerintah daerah memiliki pojok
baca atau perpustakaan di sebagian besar instansi/ lembaga pemerintah di daerah (75
persen). 4 = Pemerintah daerah memiliki pojok baca atau perpustakaan di
seluruh instansi/lembaga pemerintah di daerah (100 persen). |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah memiliki fasilitas pendukung literasi di ruang publik (pojok baca di
alun-alun, halte, terminal, bandara, pelabuhan, angkot, dan taman). Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum memiliki fasilitas pendukung literasi 1 = Pemerintah daerah memiliki fasilitas penunjang literasi di
sebagian kecil (25
persen) ruang publik yang
dimiliki. 2 = Pemerintah daerah memiliki fasilitas pendukung literasi di separuh (50
persen) ruang publik
yang dimiliki. 3 = Pemerintah daerah
memiliki fasilitas
pendukung literasi di
sebagian besar (75 persen) ruang publik
yang dimiliki. 4 = Pemerintah daerah memiliki fasilitas pendukung literasi di seluruh (100
persen) ruang publik yang dimiliki serta telah menjaga dan mengelola fasilitas tersebut dengan baik. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah melibatkan DUDI untuk membangun dan mengembangkan fasilitas publik
dalam menunjang budaya literasi di daerah. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum melibatkan DUDI. 1 = Pemerintah daerah telah melibatkan sebagian kecil (25%)
DUDI di daerah
untuk membangun dan mengembangkan fasilitas publik dalam menunjang budaya literasi. 2 = Pemerintah daerah telah melibatkan separuh (50%) DUDI di daerah
untuk membangun dan mengembangkan fasilitas
publik dalam menunjang budaya literasi. 3 = Pemerintah daerah telah melibatkan sebagian besar (75%)
DUDI di daerah
untuk membangun dan mengembangkan fasilitas publik dalam
menunjang budaya literasi. 4 = Pemerintah daerah telah melibatkan seluruh (100%) DUDI di
daerah untuk membangun dan mengembangkan fasilitas
publik dalam menunjang budaya literasi. |
|
|
|
|
|
6 |
Pengembangan SDM literasi |
Pemerintah
daerah menyelenggarakan pelatihan literasi secara mandiri. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum menyelenggarakan
pelatihan literasi secara mandiri. 1 = Pemerintah daerah menyelenggarakan
pelatihan literasi secara mandiri, tetapi belum efektif. 2 = Pemerintah daerah menyelenggarakan pelatihan literasi
secara mandiri, tetapi baru sebagian kecil
yang terselenggara secara efektif. 3 = Pemerintah daerah menyelenggarakan
pelatihan literasi secara
mandiri dan sebagian besar terselenggara secara
efektif. 4 = Pemerintah daerah menyelenggarakan
pelatihan literasi secara
mandiri dan sistemik yang mendukung implementasi GLM secara efektif. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah melakukan berbagai inovasi dalam memberdayakan pegiat literasi. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum melakukan berbagai inovasi dalam
memberdayakan pegiat literasi. 1 = Pemerintah daerah melakukan berbagai inovasi dalam memberdayakan sebagian kecil pegiat literasi. 2 = Pemerintah daerah melakukan berbagai inovasi dalam memberdayakan sebagian besar pegiat literasi. 3 = Pemerintah daerah melakukan berbagai inovasi dalam memberdayakan
sebagian besar pegiat literasi sehingga mereka cukup aktif berpartisipasi dalam mendukung kegiatan GLM. 4 = Pemerintah daerah melakukan berbagai inovasi dalam memberdayakan
sebagian besar pegiat literasi sehingga mereka sangat aktif berpartisipasi dalam mendukung kegiatan GLM. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah mengadakan kegiatan yang berkesinambungan untuk mendukung pengembangan
kapasitas fasilitator literasi. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum mengadakan kegiatan yang berkesinambungan. 1 = Pemerintah daerah sudah mengadakan kegiatan yang
berkesinambungan, tetapi tidak efektif dalam mendukung
pengembangan kapasitas fasilitator literasi. 2 = Pemerintah daerah sudah mengadakan kegiatan yang
berkesinambungan dan sudah cukup efektif dalam mendukung pengembangan kapasitas fasilitator literasi. 3 = Pemerintah daerah sudah mengadakan kegiatan yang
berkesinambungan dan sudah efektif dalam mendukung pengembangan kapasitas
fasilitator literasi. 4 = Pemerintah daerah sudah mengadakan kegiatan yang
berkesinambungan dan sudah sangat efektif dalam mendukung pengembangan
kapasitas fasilitator literasi. |
|
|
|
|
|
7 |
Implementasi
enam dimensi literasi |
Pemerintah
daerah memiliki bahan bacaan dan kegiatan yang mengembangkan literasi
baca-tulis (mendongeng di taman kota, mengadakan
festival literasi, membentuk kampung literasi, menyediakan pojok baca di tempat umum,
seperti halte bus,
kereta api, ruang tunggu bandara, dan
kantor-kantor pelayanan masyarakat, dan lain-lain). Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum memiliki bahan bacaan kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan literasi baca-tulis. 1 = Pemerintah daerah memiliki bahan
bacaan fiksi dan nonfiksi, tetapi belum memiliki kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan
literasi baca-tulis. 2 = Pemerintah daerah memiliki bahan
bacaan fiksi dan nonfiksi dan
melakukan kegiatan atau aktivitas literasi baca-tulis, tetapi
tidak secara rutin. 3 = Pemerintah daerah memiliki bahan bacaan fiksi dan nonfiksi dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi baca-tulis secara rutin. 4 = Pemerintah daerah memiliki bahan
bacaan fiksi dan nonfiksi dan melakukan berbagai kegiatan atau
aktivitas literasi baca-tulis secara rutin dan
melibatkan semua anggota masyarakat. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah memiliki bahan bacaan dan kegiatan yang mengembangkan literasi
numerasi (mengumpulkan data dan informasi tentang warga desa, membuat
batas-batas wilayah rumah dan tanah, menghitung jumlah sampah yang dihasilkan
sebuah desa, mengelola pemasukan dan penyaluran zakat, dan lain-lain). Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum memiliki bahan bacaan kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan literasi numerasi. 1 = Pemerintah daerah memiliki bahan bacaan tentang literasi
numerasi, tetapi belum memiliki kegiatan
atau aktivitas yang mengembangkan literasi sains. 2 = Pemerintah daerah memiliki bahan
bacaan tentang literasi numerasi dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi numerasi, tetapi tidak secara rutin. 3 = Pemerintah daerah memiliki bahan
bacaan tentang literasi numerasi dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi numerasi secara rutin 4 = Pemerintah daerah memiliki bahan
bacaan tentang literasi numerasi dan melakukan berbagai kegiatan atau
aktivitas literasi numerasi secara
rutin dan melibatkan semua anggota masyarakat. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah memiliki bahan bacaan dan kegiatan yang mengembangkan literasi sains
(memiliki bahan bacaan tentang sains, memelihara tanaman dan mengamati pertumbuhannya,
menerapkan pola hidup bersih dan sehat, memasak bersama, dan mendiskusikan bahan masakan serta
perubahan zat makanan, dan lain-lain). Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum memiliki bahan bacaan kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan literasi sains. 1 = Pemerintah daerah memiliki bahan
bacaan tentang literasi sains, tetapi belum memiliki kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan
literasi sains. 2 = Pemerintah daerah memiliki bahan
bacaan tentang literasi sains dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi sains, tetapi tidak
secara rutin. 3 = Pemerintah daerah memiliki bahan
bacaan tentang literasi sains dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi sains secara
rutin. 4 = Pemerintah daerah memiliki bahan
bacaan tentang literasi sains dan melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas literasi sains secara
rutin dan melibatkan semua
anggota masyarakat. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah memiliki bahan bacaan dan kegiatan yang mengembangkan literasi digital
(media sosial untuk peningkatan usaha dan kewirausahaan, penggalangan dana sosial, menggunakan petisi daring untuk kontrol sosial, mencari
pekerjaan, dan lain-lain). Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum memiliki bahan bacaan kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan literasi digital. 1 = Pemerintah daerah memiliki bahan
bacaan tentang literasi digital, tetapi belum memiliki kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan
literasi digital. 2 = Pemerintah daerah
memiliki bahan bacaan tentang literasi digital dan
melakukan kegiatan atau aktivitas literasi digital, tetapi tidak
secara rutin. 3 = Pemerintah daerah memiliki bahan bacaan tentang literasi digital dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi digital secara rutin. 4 = Pemerintah daerah memiliki bahan bacaan tentang literasi
digital dan melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas literasi digital secara rutin dan
melibatkan semua anggota masyarakat. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah memiliki kegiatan atau aktivitas yang
mengembangkan literasi finansial (edukasi tentang produk dan jasa keuangan kepada
masyarakat, menyelenggarakan program arisan di tingkat RT/RW,
penyuluhan investasi yang aman kepada seluruh lapisan
masyarakat, penyuluhan bahaya
meminjam uang di rentenir, pelibatan anggota masyarakat dalam merencanakan kegiatan finansial yang relevan dengan kegiatan dan
kebutuhan mereka sehari-hari, dan lain-lain). Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum memiliki bahan bacaan kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan literasi finansial. 1 = Pemerintah daerah memiliki bahan bacaan tentang literasi finansial, tetapi belum memiliki
kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan literasi finansial. 2 = Pemerintah daerah memiliki bahan
bacaan tentang literasi finansial dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi finansial, tetapi tidak secara rutin. 3 = Pemerintah daerah memiliki bahan
bacaan tentang literasi finansial dan melakukan kegiatan atau aktivitas literasi finansial secara rutin. 4 = Pemerintah daerah memiliki bahan bacaan tentang literasi
finansial dan melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas literasi finansial secara rutin dan
melibatkan semua anggota masyarakat. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah memiliki bahan bacaan dan kegiatan yang mengembangkan literasi budaya
dan kewargaan (mengembangkan taman
baca masyarakat, menambah ragam dan
varian buku bacaan yang berkaitan dengan literasi budaya dan kewargaan,
melakukan kunjungan ke tempat-tempat
dengan nilai budaya dan sejarah yang dilakukan bersama-sama, menyelenggarakan
dan mengikuti pelatihan terkait literasi budaya dan kewargaan, dan lain-lain). Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum memiliki bahan bacaan kegiatan
atau aktivitas yang mengembangkan literasi budaya dan kewargaan. 1 = Pemerintah daerah memiliki bahan bacaan tentang literasi budaya dan
kewargaan, tetapi belum memiliki kegiatan atau aktivitas yang mengembangkan
literasi budaya dan kewargaan. 2 = Pemerintah daerah memiliki bahan
bacaan tentang literasi budaya dan
kewargaan serta melakukan kegiatan atau aktivitas
literasi budaya dan
kewargaan, tetapi tidak secara
rutin. 3 = Pemerintah daerah memiliki bahan
bacaan tentang literasi budaya dan
kewargaan serta melakukan kegiatan atau aktivitas
literasi finansial secara rutin. 4 = Pemerintah daerah memiliki bahan
bacaan tentang literasi budaya dan
kewargaan dan melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas literasi budaya
dan kewargaan secara rutin dan melibatkan semua
anggota masyarakat. |
|
|
|
|
|
8 |
Evaluasi GLM |
Pemerintah
daerah melakukan pengembangan literasi (penguatan SDM, perluasan fasilitas/
akses penunjang, penyediaan bahan bacaan, pelibatan publik, dan penguatan
tata kelola) di daerah. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah belum melakukan pengembangan literasi. 1 = Pemerintah daerah telah melakukan satu unsur
pengembangan literasi. 2 = Pemerintah daerah telah melakukan dua unsur pengembangan literasi. 3 = Pemerintah daeah telah melakukan tiga unsur pengembangan literasi. 4 = Pemerintah daeah telah melakukan empat atau lima
unsur pengembangan literasi. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah melalui dinas pendidikan dan mitra lembaga/komunitas melakukan kegiatan pengawasan GLM secara rutin dan berkelanjutan. 0 = Pemerintah daerah belum melakukan kegiatan pengawasan GLM. 1 = Pemerintah daerah melakukan kegiatan pengawasan GLM secara rutin dan berkelanjutan secara mandiri. 2 = Pemerintah daerah melakukan kegiatan pengawasan GLM secara rutin dan berkelanjutan serta melibatkan
sebagian kecil mitra lembaga/komunitas. 3 = Pemerintah daerah melakukan kegiatan pengawasan GLM secara rutin dan berkelanjutan serta melibatkan
separuh mitra lembaga/komunitas. 4 = Pemerintah daerah melakukan kegiatan pengawasan GLM secara rutin dan berkelanjutan serta melibatkan
seluruh mitra lembaga/komunitas. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah daerah menindaklanjuti hasil pengawasan
dan evaluasi untuk memperbaiki pelaksanaan kegiatan GLN. Keterangan: 0 = Pemerintah daerah tidak merespons hasil pengawasan
dan evaluasi. 1 = Pemerintah menindaklanjuti pengawasan dan evaluasi ala kadarnya, tanpa
perencanaan. 2 = Pemerintah daerah menindaklanjuti
pengawasan dan evaluasi secara rutin dan menentukan langkah-langkah perubahan. 3 = Pemerintah daerah menindaklanjuti pengawasan dan evaluasi
secara rutin, menentukan langkah-langkah perubahan, dan membuat prioritas
perbaikan. 4 = Pemerintah daerah menindaklanjuti hasil pengawasan dan evaluasi secara rutin, menentukan
langkah-langkah perubahan, membuat prioritas-prioritas perbaikan, dan memiliki sistem pertanggungjawaban yang dapat
dikontrol. |
|
|
|
|
|
|
|
Pemerintah
daerah memanfaatkan berbagai media (papan informasi manual/digital, laman, buletin, poster, radio,
televisi, dan lain- lain) untuk meningkatkan
budaya literasi. Keterangan: 0 = Belum ada media yang dimanfaatkan untuk meningkatkan budaya. 1 = Pemerintah daerah hanya
memanfaatkan 1--2 unsur media
untuk meningkatkan budaya literasi. 2 = Pemerintah daerah memanfaatkan 3--4 unsur media untuk meningkatkan budaya literasi. 3 = Pemerintah daerah memanfaatkan 5--6 unsur media untuk meningkatkan budaya literasi. 4 = Di daerah terlihat dengan jelas berbagai macam media (papan informasi manual/digital,
laman, buletin, poster, radio, televisi, dan lain- lain) yang dimanfaatkan dalam meningkatkan budaya
literasi. |
|
|
|
|
|
|
|
Gerakan Literasi Masyarakat meningkatkan
indeks pembangunan manusia, angka partisipasi murni,
dan nilai rata-rata UN
di daerah, dan lain-lain. Keterangan: 0 = Belum terjadi peningkatan, stagnan, atau malah menurun. 1 = Terjadi peningkatan
angka/nilai pada salah satu unsur (indeks
pembangunan manusia, angka partisipasi murni
dan nilai rata-rata UN, dan lain-lain). 2 = Terjadi peningkatan
angka/nilai pada dua unsur (indeks
pembangunan manusia, angka partisipasi murni dan nilai
rata-rata UN,
dan lain-lain). 3 = Terjadi peningkatan angka/nilai pada tiga unsur (indeks pembangunan manusia, angka partisipasi murni dan
nilai rata-rata UN, dan
lain-lain). 4 = Terjadi peningkatan
angka/nilai pada lebih dari tiga
unsur (indeks pembangunan manusia, angka partisipasi murni
dan nilai rata-rata UN, dan lain-lain). |
|
|
|
|
|
|
|
Evaluasi GLM No Aspek/ Hal Kondisi Sebelum GLM Kemajuan/ Penguatan Setelah GLM |
|
|
|
|
|
|||||||||||||
|
|
Apa saja tantangan yang dialami dalam pelaksanaan GLM di daerah Saudara? Jelaskan: ………………………………………………………………………… ……………………………. ………………………………………………………………………… ……………………………. ………………………………………………………………………… ……………………………. |
|
|
|
|
|
|||||||||||||
|
|
Saran dan upaya atau
solusi apa yang
diharap- kan untuk memperbaiki
pelaksanaan GLM ke depan? Jelaskan: Saran bagi Kemendikbud: ………………………………………………………………………… …………………………….. ………………………………………………………………………… …………………………….. Saran bagi pihak lainnya: ………………………………………………………………………… ……………………………. ………………………………………………………………………… ……………………………. |
|
|
|
|
|
14.
Mekanisme Penilaian dan Evaluasi
atas Sumbangan Masyarakat dalam
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan
Literasi Nasional melibatkan berbagai pihak, seperti komunitas, lembaga, organisasi dan individu dalam mengembangkan dan meningkatkan literasi
di tingkat nasional. Ada beberapa kondisi yang memungkinkan masyarakat terlibat dalam pengembangan ini. Setiap kondisi
ini memerlukan mekanisme evaluasi dan penilaian sebagai bentuk pertanggungjawaban Tim Kerja
GLN kepada masyarakat. Untuk
itu, perlu beberapa prosedur
dan langkah untuk
mengevaluasi kinerja Tim Kerja
GLN. Beberapa situasi
dan kondisi yang perlu
dinilai dan dievaluasi di antaranya adalah sebagai berikut
A.
Sumbangan Masyarakat atas Akses, Sarana dan
Prasarana bagi Pengembangan Literasi.
Yang
dimaksud di sini adalah ada berbagai peranan masyarakat dalam membantu pemerintah
mengembangkan GLN secara menyeluruh, seperti
memberikan sumbangan buku, memberikan pelatihan-pelatihan
pengembangan keterampilan berliterasi,
membuka akses publik pada literasi.Untuk kasus- kasus seperti ini, mekanisme dan evaluasi penilaiannya adalah sebagai berikut.
1.
Tim GLN
Pusat mendata berbagai bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan gerakan literasi nasional.
2.
Tim GLN
Pusat memberikan laporan tentang kegiatan pelibatan
masyakarat ini secara lengkap dengan
membuat pendokumentasian kegiatan.
3.
Tim GLN
Pusat memberikan laporan rutin
kepada para pemangku kepentingan tentang
kemajuan dan perkembangan sumbangan masyarakat
dalam hal literasi sesuai dengan kesepakatan
yang sudah dibuat, bisa bulanan,
triwulan, semester atau tahunan.
B.
PelatihanPublik Para FasilitatorLiterasi
Masyarakat bisaterlibat dalam pengembangan berbagaipelatihan pengembangan fasilitator literasi, mulai dari Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Literasi Keluarga, dan Gerakan Literasi Masyarakat.
Inisiatif dan pendanaan
dari Gerakan Literasi ini bisa bermacam-macam, baik yang dilakukan oleh
individu, lembaga, organisasi dan
lembaga swadaya
masyarakat. Mekanisme evaluasi dan penilaian untuk kegiatan pengembangan keterampilan
ini adalah sebagai berikut.
1. Tim GLN Pusat mendata berbagai bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan gerakan literasi nasional dan mengintegrasikannya ke dalam
pangkalan data pelibatan masyarakat dalam pengembangan literasi.
2.
Tim GLN Pusat memberikan pendampingan (bila diperlukan) agar berbagai pelatihan dan inisiatif dari masyarakat ini dapat berjalan dengan baik.
3.
Tim GLN Pusat mengajak seluruh pemangku kepentingan
untuk mendaftarkan berbagai
kegiatan literasi
yang mereka lakukan melalui pangkalan data GLN.
4.
Publik
mengunggah laporan kegiatan pelatihan
dalam pangkalan data GLN untuk dapat diintegrasikan dan dimasukkan dalam
pengembangan, penilaian, dan evaluasi GLN.
Tim GLN
Pusat mendorong publik melakukan evaluasi tertulis atas berbagai kegiatan literasi yang dilakukan agar tim GLN memiliki
data-data dan informasi yang valid tentang berbagai inisitatif masyarakat dalam mengembangkan GLN