Tuesday, February 2, 2021

Bukti Fisik PKKS #Akreditasi #Program Gerakan Literasi Sekolah

 

PROGRAM

GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS)

DI SEKOLAH DASAR

 

 


 

 

 


 

 

 

 

 


SD NEGERI MARGAMULYA

UPTD PENDIDIKAN WILAYAH CIKATOMAS

KABUPATEN TASIKMALAYA

2020

  





KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami panjatkan pada Illahi Robbi, Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya kami bisa menyelesaikan Program Gerakan Literasi Sekolah di SDN Margamulya Tahun Pelajaran 2020-2021.

 

Program Gerakan Literasi Sekolah ini dibuat untuk dijadikan acuan bagi kami selaku guru dalam melaksanakan kegiatan Literasi Sekolah selama satu tahun. Dalam program ini juga memuat tujuan dan manfaat, materi yang diharapkan akan kuasai siswa serta jadwal kegiatan.

 

Dalam penyusunan Program Gerakan Literasi Sekolah ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi, diantaranya :

 

1.      Kepala SDN Margamulya

2.      Ketua Komite SDN Margamulya

3.      Rekan-rekan Guru SDN Margamulya

4.      Serta Pihak-pihak yang terlibat baik dalam penyusunan Program Kerja maupun dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah.

 

Penulis menyadari, Program Gerakan Literasi Sekolah ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu kami mohon saran dan masukan dari berbagai pihak guna memajukan Program Gerakan Literasi Sekolah di SDN Margamulya.

 

Semoga apa yang kita laksanakan akan mendapat Ridlo dari Allah S.W.T. Amiin.

 

Margamulya,    Juli 2020

 

 

 

 


 DAFTAR ISI

 

 

 

 

 

Halaman

 

KATA PENGANTAR

i

 

DAFTAR ISI

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1

 

A

Latar Belakang

1

 

B

Pengertian

1

 

C

Tujuan Gerakan Literasi Sekolah

2

 

D

Ruang Lingkup

2

 

E

Sasaran

2

 

F

Target Pencapaian Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

2

 

G

Dasar Hukum Literasi

3

BAB II

DESKRIPSI PELAKSANAAN GERAKAN LITERASI DI SEKOLAH

4

 

A

Konsep Literasi Sekolah

4

 

B

Prinsip-prinsip pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

5

 

C

Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah

6

BAB III

PELAKSANAAN LITERASI DI SD NEGERI MARGAMULYA

9

 

A

Tahapan Pelaksanaan Literasi di SD Negeri Margamulya

9

 

B

Monitoring dan Evaluasi Literasi

10

 

C

Tindak Lanjut Literasi

11

BAB IV

RANCANGAN PROGRAM KEGIATAN LITERASI SD NEGERI MARGAMULYA

12

BAB V

PEMBIAYAAN

17

BAB VI

PENUTUP

18

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Gerakan Literasi Sekolah merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif.

Dalam pelaksanaannya, pada periode tertentu yang terjadwal, dilakukan asesmen agar dampak keberadaan Gerakan Literasi Sekolah dapat diketahui dan terus-menerus dikembangkan. Gerakan Literasi Sekolah diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah, pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam kehidupan.

 

B. Pengertian

1.  Pengertian Literasi

Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melaluiberbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara.

2. Gerakan Literasi Sekolah

GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya

literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.

C. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah

1. Tujuan Umum Gerakan Literasi Sekolah

Menumbuhkembangkan insan serta ekosistem pendidikan agar menjadi pembelajar sepanjang hayat melalui gerakan literasi sekolah

2. Tujuan Khusus Gerakan Literasi Sekolah

a. Menumbuhkembangkan budi pekerti

b. Membangun ekosistem literasi sekolah

c. Menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar (learning organization) (Senge,’90).

d. Mempraktikkan kegiatan pengelolaan pengetahuan (knowledge management)

e. Menjaga keberlanjutan budaya literasi

 

D. Ruang Lingkup

1. Lingkungan fisik sekolah (fasilitas dan sarana prasarana literasi).

2. Lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif seluruh warga sekolah).

3. Lingkungan akademik (program literasi yang menumbuhkan minat baca dan menunjang kegiatan pembelajaran di SD).

 

E. Sasaran

Sasaran Gerakan Literasi Sekolah adalah seluruh warga sekolah ( peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan ) terutama peserta didik.

 

F. Target Pencapaian Pelaksanaan GLS

GLS di SD menciptakan ekosistem pendidikan di SD yang literat. Ekosistem pendidikan yang literat adalah lingkungan yang:

1. menyenangkan dan ramah peserta didik, sehingga menumbuhkan

    semangat warganya dalam belajar;

2. semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama;

3. menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan;

4. memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi

    kepada lingkungan sosialnya; dan

5. mengakomodasi partisipasi seluruh warga sekolah dan lingkungan

    eksternal SD.

 

 

 

G. Dasar Hukum Literasi

Dasar hukum dalam pembinaan pendidikan karakter antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;

4. Permendiknas RI Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan;

5. Permendiknas RI Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan;

6. Permendiknas RI Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi;

7. Program kerja SD Negeri Margamulya tahun pelajaran 2020/2021.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

 DESKRIPSI PELAKSANAAN GERAKAN LITERASI DI SEKOLAH

 

A. Konsep Literasi Sekolah

Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi. Ferguson menjabarkan kom- ponen literasi informasi sebagai berikut:

1.      Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung. Dalam literasi dasar, kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasar pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.

2.      Literasi Perpustakaan (Library Literacy), yaitu kemampuan lanjutan untuk bisa mengoptimalkan Literasi Perpustakaan yang ada. Maksudnya, pemahaman tentang keberadaan perpustakaan sebagai salah satu akses mendapatkan informasi. Pada dasarnya literasi perpustakaan, antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.

3.      Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya. Secara gamblang saat ini bisa dilihat di masyarakat kita bahwa media lebih sebagai hiburan semata. Kita belum terlalu jauh memanfaatkan media sebagai alat untuk pemenuhan informasi tentang pengetahuan dan memberikan persepsi positif dalam menambah pengetahuan.

4.      Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, dapat memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyim- pan dan mengelola data, serta menjalankan program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.

5.      Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang setiap hari membanjiri kita, baik dalam bentuk tercetak, di televisi maupun internet, haruslah terkelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.

Literasi yang komprehensif dan saling terkait ini memampukan seseorang untuk berkontribusi kepada masyarakatnya sesuai dengan kompetensi dan perannya sebagai warga negara global (global citizen).Dalam konteks Indonesia, kelima keterampilan tersebut  perlu diawali dengan literasi usia dini yang mencakup fonetik, alfabet, kosakata, sadar dan memaknai materi cetak (print awareness), dan kemampuan menggambarkan dan menceritakan kembali (narrative skills). Pemahaman literasi dini sangat penting dipahami oleh masyarakat karena menjamurnya lembaga bimbingan belajar baca-tulis-hitung bagi batita dan balita dengan cara yang kurang sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, perlu diberi perhatian terhadap keberlangsungan pendidikan literasi usia dini berlanjut ke literasi dasar.

Dalam pendidikan formal, peran aktif para pemangku kepentingan, yaitu kepala sekolah, guru, tenaga pendidik, dan pustakawan sangat berpengaruh untuk memfasilitasi pengem- bangan komponen literasi peserta didik. Selain itu, diperlukan juga pendekatan cara belajar-mengajar yang keberpihakannya jelas tertuju kepada komponen-komponen literasi ini. Kesempatan peserta didik terpajan dengan kelima komponen literasi akan menentukan kesiapan peserta didik berinteraksi dengan literasi visual. Sebagai langkah awal, dapat disimpulkan bahwa diperlukan perubahan paradigma semua pemangku kepentingan untuk terciptanya lingkungan literasi ini.

 

B. Prinsip-prinsip pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

Menurut Beers (2009), praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang bisa diprediksi.

2. Program literasi yang baik bersifat berimbang

Sekolah yang menerapkan  program literasi berimbang menyadari bahwa tiap peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian, diperlukan berbagai strategi membaca dan jenis teks yang bervariasi pula.

3. Program literasi berlangsung di semua area kurikulum

Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua guru di semua mata pelajaran. Pembelajaran di mata pelajaran apapun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian, pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada guru semua mata pelajaran.

4. Tidak ada istilah terlalu banyak untuk membaca dan menulis yang bermakna

Kegiatan membaca dan menulis di kelas perlu dilakukan kapan pun kondisi di kelas memungkinkan. Untuk itu, perlu ditekankan bentuk kegiatan yang bermakna dan kontekstual. Misalnya, ‘menulis surat untuk wali kota’ atau ‘membaca untuk ibu’ adalah contoh-contoh kegiatan yang bermakna dan memberikan kesan kuat kepada peserta didik.

5. Diskusi dan strategi bahasa lisan sangat penting

Kelas berbasis literasi yang kuat akan melakukan berbagai kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas. Kegiatan diskusi ini juga harus membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar kemampuan berpikir kritis dapat diasah. Peserta didik perlu belajar untuk menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati perbedaan pandangan satu sama lain.

6. Keberagaman perlu dirayakan di kelas dan sekolah

Penting bagi pendidik untuk tidak hanya menerima perbedaan, namun juga merayakannya melalui agenda literasi di sekolah. Buku-buku yang disediakan untuk bahan bacaan peserta didik perlu merefleksikan kekayaan budaya Indonesia agar peserta didik dapat terpajan pada pengalaman multikultural sebanyak mungkin.

 

C. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah

Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya literasi, Beers, dkk. (2009) dalam buku A Principal’s Guide to Literacy Instruction, menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah.

1. Lingkungan fisik ramah literasi

Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat pengunjung. Pada dasarnya, lingkungan fisik haruslah ramah dan kondusif untuk pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya literasi memiliki beberapa kondisi, antara lain karya peserta didik dipajang di seluruh penjuru sekolah, termasuk koridor dan kantor kepala sekolah dan guru. Selain itu, karya-karya peserta didik diganti secara rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua kelas untuk menjadi perhatian. Selain itu, buku dan bahan bacaan lain dapat didapat dengan mudah di pojok baca di semua kelas, kantor, dan ruang lain di sekolah. Kantor kepala sekolah idealnya juga memajang karya peserta didik dan buku-buku bacaan anak. Ruang pimpinan dengan pajangan karya peserta didik akan memberikan kesan positif tentang komitmen sekolah terhadap pengembangan budaya literat.

2. Lingkungan sosial dan afektif

Sekolah dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah. Ini dapat dibentuk dengan cara pemberian pengakuan atas pencapaian peserta didik sepanjang tahun. Pemberian penghargaan dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu untuk menghargai kemajuan peserta didik di semua aspek. Sesuai dengan semangat literasi, prestasi yang dihargai tidak hanya akademik, namun juga sikap dan upaya peserta didik. Dengan demikian, setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan sekolah. Selain itu, literasi mewarnai semua perayaan penting di sepanjang tahun pelajaran. Ini bisa direalisasikan dalam bentuk festival buku, lomba poster, mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya. Pimpinan sekolah harus mengambil peran aktif dalam menggerakkan literasi. Yang bisa dilakukan, antara lain membangun budaya kolaboratif antarguru dan staf sekolah. Dengan demikian, setiap orang dapat terlibat sesuai kepakaran masing-masing. Peran orang tua sebagai sukarelawan dalam gerakan literasi akan semakin memperkuat komitmen sekolah dalam pengembangan budaya literat.

3.  Lingkungan akademik

Lingkungan fisik dan sosial akan dapat dibangun bila lingkungan akademik tercipta. Ini dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Pimpinan sekolah dapat membentuk tim literasi. Tim ini bertugas untuk membuat perencanaan dan asesmen program. Adanya Tim Literasi Sekolah bisa memastikan terciptanya suasana akademik yang kondusif,  yang mampu membuat seluruh anggota komunitas sekolah antusias untuk belajar. Sekolah harus memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi. Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan membacakan buku dengan nyaring selama 15--30 menit sebelum pelajaran berlangsung, minimal 3 kali seminggu. Waktu untuk kegiatan berliterasi ini sedapat mungkin tidak dikorbankan untuk kegiatan lain yang tidak perlu. Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu diberikan kesempatan mengikuti program pelatihan tenaga kependidikan untuk peningkatan kapasitas literasi.

 

BAB III

PELAKSANAAN LITERASI DI SD NEGERI MARGAMULYA

 

A.      Tahapan Pelaksanaan Literasi di SD Negeri Margamulya

Program Gerakan Literasi SD Negeri Margamulya dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan sekolah. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan).

Adapun ketiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap ke-1: Pembiasaan

Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem sekolah Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi pengembangan kemampuan literasi peserta didik.

 

2. Tahap ke-2: Pengembangan

Pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan (Anderson & Krathwol, 2001).

 

3. Tahap ke-3: Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran (cf. Anderson & Krathwol, 2001). Dalam tahap ini ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran).

 

 

 

 

Adapun tahapan pelaksanaan literasi dapat dilihat pada bagan berikut ini.

 

Bagan Tahapan Pelaksanaan GLS

 

B. Monitoring dan Evaluasi Literasi

Monitoring dan Evaluasi  bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kualitas program Gerakan Literasi Sekolah sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan, tujuan monitoring dan evaluasi gerakan literasi adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengamatan dan pembimbingan secara langsung keterlaksanaan program gerakan literasi di sekolah.

2. Memperoleh gambaran mutu gerakan literasi di sekolah secara umum.

3. Melihat kendala-kendala yang terjadi

4. Mengumpulkan dan menganalisis data yang ditemukan di lapangan untuk menyusun rekomendasi terkait perbaikan pelaksanaan program gerakan literasi sekolah ke depan

5. Mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program gerakan literasi di sekolah.

 

C. Tindak Lanjut Literasi

Hasil monitoring dan evaluasi dari implementasi program gerakan literasi sekolah digunakan sebagai acuan untuk menyempurnakan program, mencakup penyempurnaan rancangan, mekanisme pelaksanaan, dukungan fasilitas, sumber daya manusia, dan manajemen sekolah yang terkait dengan implementasi program.

 


BAB IV

RANCANGAN PROGRAM KEGIATAN LITERASI SD NEGERI MARGAMULYA

 

No

Kegiatan

TUJUAN

SASARAN

SKENARIO KEGIATAN

Pelaksana

A.

PEMBIASAAN

 

 

 

 

1.

Membaca dalam  hati

membangun kebiasaan membaca, misalnya berkonsentrasi, meningkatkan kemampuan serta kelancaran membaca melalui kegiatan membaca untuk kesenangan.

 

Kelas I s/d Kelas VI

1)   Peserta didik membaca diam dengan memilih buku sesuai minat dan keinginannya.

2)   Guru memberikan contoh dengan bersama-sama membaca dalam hati pada saat yang sama.

3)   Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama waktu yang ditetapkan (15-30 menit).

4)   Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya kegiatan membaca.

5)   Tidak ada tugas atau catatan akademik yang perlu dilaporkan/diserahkan.

6)   Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.

Guru Kelas

2.

Membaca nyaring

membangkitkan minat baca peserta didik; meningkatkan pengetahuan pada anak-anak; memperkenalkan banyak kosakata baru kepada anak-anak; mendorong anak-anak untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; kapasitas memori atau daya ingat anak dapat ditingkatkan dengan cara meminta anak untuk mengingat cerita yang telah dibacakan atau sampai sejauh mana cerita telah disampaikan.

Kelas IV  s/d Kelas VI

1)    Materi bacaan yang dipilih sesuai dengan atau sedikit di atas tingkat membaca mandiri.

2)    Guru membaca materi bacaan dulu.

3)    Mengidentifikasi proses dan strategi yang akan digunakan

4)    Guru perlu mengantisipasi di bagian mana dalam bacaan “pengetahuan dasar” perlu dibangun.

5)    Pada tahap sebelum membaca, guru memilih buku/cerita yang bermanfaat dan menarik untuk dibacakan karena kandungan nilai moral, sastra, keindahan, relevansi dengan kondisi anak, dll.

6)    Pada tahap membaca, guru sebaiknya tidak membaca terlau cepat. Apabila memungkinkan gunakan suara yang berbeda untuk pelaku yang berbeda.  Jeda diperlukan untuk membuat peserta didik yang sedang menyimak lebih terlibat.

7)    Untuk kegiatan pembiasaan budaya membaca, peserta didik dapat diarahkan untuk membaca cerita menarik lain di hadapan teman sekelas ataupun diadakan kompetisi/lomba membaca cerita bagi peserta didik.

Guru Kelas

 

 

 

 

 

No

Kegiatan

TUJUAN

SASARAN

SKENARIO KEGIATAN

Pelaksana

B.

PENGEMBANGAN

 

 

 

 

1.

Berbincang/menganalisis elemen-elemen cerita

Meningkatkan kemampuan siswa untuk menganalisis elemen cerita

Kelas IV  s/d Kelas VI

1)    Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama waktu yang ditetapkan (15-30 menit).

2)    Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya kegiatan membaca.

3)    Memberi tagihan analisis elemen cerita

4)    Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.

Guru Kelas IV, V, VI

2.

Membuat jurnal tanggapan terhadap cerita.

Meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami isi bacaan

Kelas IV  s/d Kelas VI

1)    Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama waktu yang ditetapkan (15-30 menit).

2)    Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya kegiatan membaca.

3)    Memberi tagihan berupa jurnal tanggapan terhadap siswa

4)    Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.

Guru Kelas IV, V, VI

3.

Kegiatan seni peran bebasis tanggapan terhadap cerita

Meningkatkan kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan isi cerita/bacaan

Kelas IV  s/d Kelas VI

1)    Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama waktu yang ditetapkan (15-30 menit).

2)    Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya kegiatan membaca.

3)    Memberi tagihan berupa jurnal tanggapan terhadap siswa

4)    Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.

Guru Kelas IV, V, VI

C.

PEMBELAJARAN

 

 

 

 

1

Pembelajaran berbasis literasi

menumbuhkan semangat rasa ingin tahu dan cinta pengetahuan peserta didik

Kelas IV  s/d Kelas VI

1)    Guru mencari referensi pembelajaran yang relevan dan mengurangi ketergantungan kepada buku teks pelajaran dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

2)    Siswa membaca teks yang telah disediakan guru.

3)    Memberi tagihan sesuai dengan  LK yang disiapkan guru

4)    Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya.

5)    Membuat simpulan dan pemajangan

Guru Kelas


INSTRUMEN PELAKSANAAN KEGIATAN LITERASI SD NEGERI MARGAMULYA

 

No

Kegiatan

TUJUAN

SASARAN

SKENARIO KEGIATAN

Pelaksana

TERLAKSANA

KET

A.

PEMBIASAAN

 

 

 

 

YA

TIDAK

 

1.

Membaca dalam  hati

membangun kebiasaan membaca, misalnya berkonsentrasi, meningkatkan kemampuan serta kelancaran membaca melalui kegiatan membaca untuk kesenangan.

 

Kelas I s/d Kelas VI

7)   Peserta didik membaca diam dengan memilih buku sesuai minat dan keinginannya.

8)   Guru memberikan contoh dengan bersama-sama membaca dalam hati pada saat yang sama.

9)   Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama waktu yang ditetapkan (15-30 menit).

10)              Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya kegiatan membaca.

11)              Tidak ada tugas atau catatan akademik yang perlu dilaporkan/diserahkan.

12)              Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.

Guru Kelas

 

 

 

2.

Membaca nyaring

membangkitkan minat baca peserta didik; meningkatkan pengetahuan pada anak-anak; memperkenalkan banyak kosakata baru kepada anak-anak; mendorong anak-anak untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; kapasitas memori atau daya ingat anak dapat ditingkatkan dengan cara meminta anak untuk mengingat cerita yang telah dibacakan atau sampai sejauh mana cerita telah disampaikan.

Kelas IV  s/d Kelas VI

8)    Materi bacaan yang dipilih sesuai dengan atau sedikit di atas tingkat membaca mandiri.

9)    Guru membaca materi bacaan dulu.

10)              Mengidentifikasi proses dan strategi yang akan digunakan

11)              Guru perlu mengantisipasi di bagian mana dalam bacaan “pengetahuan dasar” perlu dibangun.

12)              Pada tahap sebelum membaca, guru memilih buku/cerita yang bermanfaat dan menarik untuk dibacakan karena kandungan nilai moral, sastra, keindahan, relevansi dengan kondisi anak, dll.

13)              Pada tahap membaca, guru sebaiknya tidak membaca terlau cepat. Apabila memungkinkan gunakan suara yang berbeda untuk pelaku yang berbeda.  Jeda diperlukan untuk membuat peserta didik yang sedang menyimak lebih terlibat.

14)              Untuk kegiatan pembiasaan budaya membaca, peserta didik dapat diarahkan untuk membaca cerita menarik lain di hadapan teman sekelas ataupun diadakan kompetisi/lomba membaca cerita bagi peserta didik.

Guru Kelas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No

Kegiatan

TUJUAN

SASARAN

SKENARIO KEGIATAN

Pelaksana

TERLAKSANA

KET

B.

PENGEMBANGAN

 

 

 

 

YA

TIDAK

 

1.

Berbincang/menganalisi elemen-elemen cerita

Meningkatkan kemampuan siswa untuk menganalisis elemen cerita

Kelas IV  s/d Kelas VI

5)    Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama waktu yang ditetapkan (15-30 menit).

6)    Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya kegiatan membaca.

7)    Memberi tagihan analisis elemen cerita

8)    Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.

Guru Kelas IV, V, VI

 

 

 

2.

Membuat jurnal tanggapan terhadap cerita.

Meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami isi bacaan

Kelas IV  s/d Kelas VI

5)    Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama waktu yang ditetapkan (15-30 menit).

6)    Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya kegiatan membaca.

7)    Memberi tagihan berupa jurnal tanggapan terhadap siswa

8)    Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.

Guru Kelas IV, V, VI

 

 

 

3.

Kegiatan seni peran bebasis tanggapan terhadap cerita

Meningkatkan kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan isi cerita/bacaan

Kelas IV  s/d Kelas VI

5)    Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama waktu yang ditetapkan (15-30 menit).

6)    Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya kegiatan membaca.

7)    Memberi tagihan berupa jurnal tanggapan terhadap siswa

8)    Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.

Guru Kelas IV, V, VI

 

 

 

C.

PEMBELAJARAN

 

 

 

 

 

 

 

1

Pembelajaran berbasis literasi

menumbuhkan semangat rasa ingin tahu dan cinta pengetahuan peserta didik

Kelas IV  s/d Kelas VI

6)    Guru mencari referensi pembelajaran yang relevan dan mengurangi ketergantungan kepada buku teks pelajaran dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

7)    Siswa membaca teks yang telah disediakan guru.

8)    Memberi tagihan sesuai dengan  LK yang disiapkan guru

9)    Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya.

10)              Membuat simpulan dan pemajangan

Guru Kelas

 

 

 


 

BAB V

PEMBIAYAAN

 

A.      Komponen Pembiayaan

Komponen pembiayaan Program Gerakan Literasi Sekolah di SD Negeri Margamulya terdiri dari biaya investasi dan biaya operasi. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana.

Biaya operasional meliputi bahan atau peralatan  habis pakai dan biaya operasional tak langsung berupa pemeliharaan sarana dan prasarana.

 

B.       Sumber Pembiayaan

Sumber Pembiayaan Program Gerakan Literasi Sekolah di SD Negeri Margamulya bersumber dari :

1.      Pemerintah Pusat, yaitu dari Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang merujuk kepada Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) SD Negeri Margamulya Tahun Anggaran 2020.

2.      Masyarakat / Orang tua peserta didik.

3.      Sumber lain yang sah yang tidak mengikat melalui Komite Sekolah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB VI

PENUTUP

 

Program gerakan literasi sekolah merupakan pedoman bagi sekolah dalam upaya menciptakan ekosistem sekolah yang literat. Ekosistem yang literat adalah lingkungan sekolah yang:

1. menyenangkan dan ramah anak, sehingga menumbuhkan semangat warganya dalam belajar;

2.  semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama;

3.  menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan;

4. memampukan warganya untuk cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada lingkungan sosialnya; dan

5. mengakomodasi partisipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal sekolah.

Kemampuan literasi ditumbuhkan secara berkesinambungan pada setiap jenjang pendidikan. Perkembangan teknologi dan media menuntut kemampuan literasi peserta didik yang terintegrasi, dengan fokus kepada aspek kreativitas, kemampuan komunikasi, kemampuan berpikir kritis, dan satu hal yang penting adalah kemampuan untuk menggunakan media secara aman (media safety).

 

Margamulya,   Juli 2020

Kepala Sekolah

 

 

 

JAJANG SURYANA, S.Pd.SD

NIP.19630216 198305 1 004

No comments:

Post a Comment